Bismilahirrohmanirrohim...
Nice Home Work #4 ini ternyata cukup membuat berpikir ya 😵
Sebelum saya menuliskan lebih jauh, izinkan saya untuk menukil salah satu postingan saya di Instagram (@astribestari) tentang Surat untuk Februari.
Memandang daratan di ketinggian. Bangunan besar menjelma menjadi setitik noda. Sedikit saja ku naik lebih tinggi, tak terlihat sudah raganya. .
Deru suara baling-baling pesawat Cassa memekikkan telinga. Membawa pikiran terbang melayang. Nasibku di angkasa hanya sebatas pilot dan asistennya yang sedang bercanda. Dan Tuhan yang Maha Tahu segalanya. .
Aku pun bertanya. Sejauh apa aku hidup di dunia ini? Apa maksud Tuhan menciptakan diriku? Jika pesawat ini jatuh menghujam tanah, sudahkah aku menjadi manusia yang bermanfaat?
Kucoba menggali jawaban sendiri. Dimulai dari menghitung-hitung setiap kebaikan. Yang jika dipikir-pikir tak pernah sebanding dengan nikmat Tuhan yang datang tanpa aku minta. Jantung berdetak, darah mengalir, nafas berhembus.
Oh sungguh... Aku sungguh takut menjadi manusia yang merugi.
Kupejamkan mata. Awalnya aku berniat berjanji pada Tuhan. Tapi ku batalkan. Berjanji dengan Tuhan, tak bisa sebercanda itu, ya kan?
Akhirnya, dengan mata masih terpejam, kukatakan, "Hai kamu, yang tak lain adalah diriku. Tak tahu sepanjang apa usiamu. Tak peduli di mana hidupmu. Setidaknya kamu punya kaki untuk melangkah. Tak usah banyak-banyak. Satu langkah pun cukup. Jika itu membawamu terus maju. Tuhan akan membantu langkah itu, kepada titik yang Ia maksudkan. Saat Ia memutuskan untuk menciptakan dirimu."
Surat ini teruntuk, .
Sesosok yang sering disebut dengan panggilan "aku"
Caption ini saya buat untuk mengikuti sebuah kompetisi yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecandu Buku berkolaborasi dengan Eiger Adventure. Namun, isinya adalah sesuai yang ada dalam hati saya. Sudahkah saya menjadi manusia yang bermanfaat?
Pada NHW #1 saya menuliskan bahwa menulis adalah ilmu yang ingin terus saya gali seumur hidup. In sya Allah. Maka, saya menuliskan pada NHW #2 checklist apa yang ingin saya lakukan terkait hal tersebut. Alhamdulillah sudah mulai dijalankan. Lalu, pada NHW #3 saya telah menuliskan potensi diri lalu dikaitkan dengan lingkungan tempat tinggal kami sekarang. Jika ditarik benang merah, ada kalimat yang selalu saya bawa yaitu 'Menjadi manusia yang bermanfaat.' Dengan potensi yang saya punya dan kegiatan yang saya coba susun, saya ingin menjadi bermanfaat.
Saya berdoa kepada Allah agar keluarga saya pun memiliki niatan yang sama.
Oke, itu adalah apa yang saya tuliskan di NHW selama matrikulasi tiga minggu lalu. Namun, sebenarnya ada yang sudah saya renungkan sejak beberapa tahun lalu. Saya sepertinya tidak bisa membuat perubahan jika saya tidak berubah. Perubahan dari segi apa itu? Mari sejenak mengunjungi sedikit masa lalu saya ;p
Ketika itu... ketika jaman api masih menyerang. Saya adalah seorang gadis dengan ya bisa dibilang tampilan cukup gaul lah. Baju yang sedikit kebesaran sudah membuat saya minder akut tingkat internasional. Saya tidak berasal dari kalangan berada, jauh malah dibilang berada. Jadi jangan bayangkan tampilan yang saya sebut tadi sebagai tampilan glamor ya. Gini... gini... mungkin sedikit saya beri gambaran.
Gadis yang kena-mana memakai pakaian ketat. Tidak pernah meninggalkan sholat memang, tapi malas mencari ilmu agama. Apalagi ilmu menjadi istri dan ibu. Bahkan ada di titik saya dulu bilang ke ibu kalau malas menikah. Bukan karena feminis, cuma saya malas repot. Menurut saya menikah itu kegiatan merepotkan-sekali-yang-bisa-bisa-memendekkan-umur. *jangan ambil serius itu kata-kata super bercanda, hehehe.
Sampai suatu saat saya hijrah ke daerah yang sebagian besar teman-teman saya menganut keyakinan berbeda dengan saya. Justru disitu lah saya malah dibalikkan seperti ingin sekali belajar agama, ingin sekali berhijab, tidak mau berpacaran (ya emang waktu itu juga jomblo sih). Pokoknya tiba-tiba terasa pengen meluruskan hidup lah. Mengubah kelam menjadi terang. Meskipun sedikit. Disitu saya mulai sedikit demi sedikit ditunjukkan. Benar kata Cak Nun, "Niat baik, niat baik, niat baik. In sya Allah jadi."
"Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?" (Q.S. Nuh:13)
Tak selang lama, ada teman lama yang datang ke orang tua untuk bermaksud serius dengan saya. Tanpa pernah bertemu sebelumnya. Karena orang tua di Jogja dan saya sedang di tempat hijrah tadi. Saya juga heran, kok mau sama saya yang masih jadi gadis "pencari cahaya" ini. Lebih herannya lagi, orang tua saya ya menerima. Mungkin mereka seperti menemukan seseorang yang bisa membawa saya ke jalan yang lebih benar. In sya Allah. Tidak lama saya memutuskan kembali ke Jogja dan menikah.
Bisa bayangkan kan? Masih mencari cahaya, eh udah nikah. Tanpa bekal ilmu apapun terkait istri dan ibu. Pokoknya melenggang gitu aja. Maka, sekali lagi saya katakan: Benar kata Cak Nun, "Niat baik, niat baik, niat baik. In sya Allah jadi."
Di usia yang terbilang muda, 23 tahun, teman-teman pun belum ada yang menikah. Saya sudah menjadi istri. Maka, untuk siapapun yang akan menikah saya selalu katakan bahwa sebaiknya mencari ilmu tentang pernikahan. Menjalani peran sebagai istri dan ibu sekaligus perempuan yang masih kurang ilmu seperti saya ini ya bisa dibilang agak berat. Lebih enteng kan dicicil satu per satu jauh-jauh hari.
Kebesaran Allah lah yang mempertemukan saya dengan IIP. Membuka pandangan saya bahwa One Bite at a Time. Untuk NHW #4 ini saya akan mencoba menuliskan usaha yang akan dilakukan, berikut tenggat waktunya.
- Misi hidup: membuat kebermanfaatan dengan tulisan yang dibuat
- Bidang: motivasi dan self-improvement
- Peran: penulis dan edukator
Sebelum saya mulai semuanya, maka terlebih dahulu saya harus menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk hal ini yang saya lakukan adalah:
- Mencari ilmu-ilmu agama terkait kehidupan saat ini yaitu sebagai ibu dan istri secara khusus, sebagai perempuan secara umum. Caranya? Membaca buku, mendengar kajian, dan berkomunitas dengan para perempuan shalihah.
- Mengamalkan ilmu yang didapat.
Jika ditanya kapan KM0 dari kegiatan di atas? Maka, saya jawab usia 22 tahun ketika mulai terketuk untuk ingin berubah. Khusus untuk hal ini, saya tidak menetapkan berapa jam terbang karena harus terus menggali dan mengamalkan. In sya Allah.
Bersamaan dengan memperbaiki diri, saya ingin mulai memfokuskan ilmu tulis-menulis menjadi Misi Hidup. Pada bidang ini, saya menetukan KM 0 adalah usia 27 tahun. Maka, hal yang perlu saya lakukan adalah:
- Mempelajari teknik penulisan (sejauh ini baru bisa online)
- Mempraktekkan ilmu tersebut dengan membuat buku-buku bermanfaat secara kontinu
- Mempelajari teknik untuk menjadi trainner kepenulisan
- Merancang sistem regenarasi agar lebih banyak lagi yang menebarkan manfaat lewat tulisan
Berdasarkan situasi saat ini, saya hanya bisa menganggarkan waktu 2 jam per hari. Untuk menempuh 10.000 jam terbang, maka perhitungannya 10.000 jam dibagi 2 hari didapat 5000 hari. Saya usahakan dalam satu hari harus ada yang saya lakukan (mengingat dua jam itu waktu yang sangat singkat) maka 5000 dibagi 365 (hari) didapat 14 tahun. Jika dibagi rata, maka tiap tahapan membutuhkan 3,5 tahun.
- KM 0-KM 3,5: Mempelajari teknik penulisan
- KM 3,5-KM 7: Mempraktekkan ilmu tersebut dengan membuat buku-buku bermanfaat secara kontinu
- KM 7-KM 10,5: Mempelajari teknik untuk menjadi trainner kepenulisan
- KM 10,5-KM 14: Merancang sistem regenarasi agar lebih banyak lagi yang menebarkan manfaat lewat tulisan
Lakukan...lakukan...lakukan... Saya mohon didoakan ya :)
*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Nice Home Work #4 pada Matrikulasi IIP #5*
Masya Allah...
ReplyDeleteSaya Aaminkan ya mba Astri, selalu suka dan kagum dengan NHW mba keceh dan dalem banget!
Semoga kita diberi kekuatan untuk istiqomah ya...
Iiiiih... Tersanjung sayaaa.
DeleteAamiin, makasih Teh Feli