Monday, September 25, 2017

Tips Ibu Rumah Tangga Menangkal Bosan

Halo Teman-teman,

Sebelumnya saya sudah menuliskan artikel mengenai cerita singkat mengenai perjalanan saya menjadi ibu rumah tangga di kota kecil bernama Sangatta. Belum baca? Bisa klik disini.

Nah, ketika bosan, merasa tidak produktif, kurang ilmu, dan tidak berguna maka akan berdampak dengan kegiatan sehari-hari pula. Saya yang 24/7 di rumah, maka bisa berdampak pada pengasuhan Azka. Seirng emosi dan tidak semangat. Dua hal yang bisa membahayakan perkembangan Azka.

Saya akan membagikan tips agar ibu rumah tangga dengan situasi seperti saya bisa mengusir bosan. Ini berdasarkan pengalaman pribadi ya. Saya menemukannya juga setahap demi setahap.

1. Menerima keadaan
Saya menyarankan untuk menerima keadaan kita sekarang. Apabila harus jauh dari orang tua, harus berpisah dengan sahabat, mendengar dan berbicara dengan bahasa yang berbeda, ataupun harus beradaptasi dengan fasilitas yang minim.
Penerimaan ini adalah langkah awal kita dapat memulai semuanya. Kalau tidak ikhlas, maka sulit sekali membuka hati untuk sesuatu yang baru. Bagaimanapun Allah mengirimkan signal pertolongan, akan percuma jika hati kita tertutup. Seperti tameng baja yang sulit ditembus peluru.

2. You are not a SUPER(WO)MAN
Betul, kita bukan manusia super yang bisa mengatasi semuanya termasuk rasa bosan. Jika sejak kecil, kita selalu ditanamkan bahwa jadi wanita kalau sudah berkeluarga itu:
- tidak boleh capek
- tidak boleh sakit
- tidak boleh mengeluh
- harus melayani suami
- harus membersihkan rumah
- harus cantik
- harus wangi
- bisa cari uang sendiri
- harus jadi makhluk jadi-jadian ahli dalam segala hal
Tidak selamanya itu benar. Maksudnya, kita pun bisa sakit. Kita pun bisa letih. Kita pun butuh didukung. Bukan seperti lilin. Menerangi sekitarnya namun dirinya habis terbakar (Terima kasih Teh Elma Fitria, analoginya bagus sekali).
Bahkan di kamus Bahasa Indonesia, definisi wanita tidak sepanjang itu.
Ini ya definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Setelah kita menyadari bahwa kita BOLEH tidak sekuat itu, maka kita bisa maju ke langkah selanjutnya.

3. Mengambil sedikit ruang untuk berpikir
Terima kasih kepada Azka yang sangat pengertian. Kalau maminya liat atap, dia langsung berkata, "Mami lagi mikir apa?". Lalu, dia ikut melihat atap.
Ambil sedikit ruang untuk memikirkan diri sendiri, bukan berarti dosa. Biarkan saja anak main dengan inisiatifnya tanpa kita terlibat di dalamnya. Biarkan dulu jika dia mau menonton tv atau melihat video di Youtube. Selama aman dan tidak melanggar nilai keluarga, lakukan lah.
Tetapi jangan telalu lama. Ingat! Masih ada yang membutuhkan kita. Kalau saya, cara berpikirnya begini:
- Tentukan alasan kita bosan. Contohnya terlalu lama di dalam rumah, tidak ada orang yang bisa diajak komunikasi ketika suami bekerja, kegiatan yang monoton, tidak ada waktu luang untuk menambah ilmu, atau apa pun. Tidak perlu sekali jadi. Jika belum bisa menemukan dalam sehari, maka lakukan barang 1 menit setiap hari sampai ketemu.
- Temukan solusinya, misal:
a. Saya suka memasak tapi selalu pusing dengan cucian alat masak yang menumpuk.
        Solusinya, memasak menu yang sederhana, sehingga tidak terlalu banyak cucian kotor.
b. Saya suka membaca dan menulis
       Solusinya, membaca buku saya lakukan jika ada waktu luang dan tenaga. Satu atau dua halaman cukup bagi saya. Sedangkan menulis saya lakukan ketika Azka tidur.
c. Saya suka crafting
      Solusinya, saya melakukan crafting dengan bahan yang ada untuk membuat mainan bagi Azka. Saya dapat kegiatan yang mneyenangkan, Azka pun dapat mainan baru. Jika Anda memiliki hobi yang sama, ajak anak ikut terlibat. Pasti mengasyikkan.
d. Saya suka berinteraksi
     Solusinya, saya mencari komunitas baik sesuai minat maupun komunitas umum. Komunitas yag saya ikuti adalah berjejaring lewat dunia maya. Bagi saya, berinteraksi tanpa tatap muka secara intens sudah cukup. Malah interaksi sosial semacam arisan, membuat saya kurang nyaman. Karena saya bukan tipe ibu-ibu yang bisa up to date kalau diajak berbincang random. Saya mencari komunitas yang bisa saling berbagi dan mendukung. Bukan yang berargumen dan mengkritisi. Walaupun, ada sebagian orang yang mencari komunitas yang banyak beradu argumen dan saling kritik untuk memajukan diri. Komunitas apa saja yang saya ikuti, akan saya bahas di artikel tersendiri ya.

4. Komunikasikan dengan orang lain
Jika Anda sudah merasa pada tahap depresi, maka saya sarankan untuk meminta bantuan. Bisa ke pikolog, psikiater, maupun hipnoterapis. Cari referensi sebanyak-banyaknya, lalu tentukan mana yang paling sesuai bagi Anda.
Saya pribadi, Alhamdulillah belum mencapai tahap depresi. Maka, yang paling mudah saya mengkomunikasikannya dengan suami. Saya percaya bahwa ridho suami merupakan kepanjangantangan ridho Allah. Anda perlu melakukannya agar sama-sama tahu tentang kebutuhan masing-masing. Terkadang ada tipe suami yang tanpa diberitahu malah langsung menyarankan istrinya melakukan ini itu agar tidak bosan. Ada suami yang butuh diberitahu dan kemudian mengijinkan. Ada suami yang sudah diberi tahu, awalnya tidak mengijinkan namun seiring berjalannya waktu dia mengerti dan kemudian mengijinkan.
Saran saya, Anda sebaiknya memberitahu alasan mengapa Anda perlu memiliki kegiatan sesuai minat. Terangkan pula apa yang akan keluarga Anda dapat jika melakukannya. Contoh, menjadi lebih stabil emosinya ketika mengasuh anak atau menjadi jarang uring-uringan karena ada penyaluran minat. Suami yang baik pasti lah mengijinkan, in sya Allah. 
Nah dunia itu lengkap ya, jadi ada juga suami yang sudah diberitahu bagaimanapun caranya tetap TIDAK MAU mengerti dan bersikeras tidak mengijinkan, makaAnda bisa beritahu kebutuhan Anda ke orang lain. Anda berhak menolong diri Anda sendiri karena banyak yang bergantung dengan Anda.
Jika memang betul-betul tidak diijinkan, kalau perlu tunjukkan artikel ini. Guna mengingatkan, jika beragama Islam, maka saat akad nikah yang diucapkan adalah
"Saya terima nikahnya . . ."
Bukan
"Saya terima nikmatnya . . ."
😆
Kesehatan jiwa kita juga tanggung jawab suami, maka komunikasikan dengannya agar semua berjalan dengan baik. In sya Allah.
5. Action
Setelah mengkomunikasikan kebutuhan dan diijinkan, maka segera lakukanlah. Lakukan lah secukupnya tanpa meninggalkan pekerjaan sebelumnya.  Ingat! Melakukan sesuatu hal sesuai minat adalah cara kita meningkatkan kualitas hidup. Jadi, seharusnya pekerjaan domestik jauh lebih mudah diselesaikan, memiliki emosi yang lebih stabil saat mengasuh anak, dan suami merasakan perubahan kita.
Kegiatan tersebut bisa kita lakukan kapan saja sesuai kebutuhan. Itulah alasan saya di poin tiga memilih komunitas dunia maya karena informasi bisa diakses kapan saja.

6. Timbal balik
Pada poin ini, saya ingin menekankan bahwa yang butuh kegiatan sesuai minat bukan hanya kita. Mungkin suami kita juga membutuhkan tetapi tidak mebicarakannya. Atau mungkin tidak membicarakannya karena mereka tidak tahu harus bagaimana. Bagi Anda yang sudah menemukan kegiatan yang membahagiakan, ada baiknya memberikan juga kesempatan yang sama bagi orang di sekitar kita.

Kebahagiaan akan bertambah jika kita membagikannya. Pesan saya, jangan menyerah dulu ya! Semangat!!



Salam Hangat,


Astri
(Bukan motivator) 
  

No comments:

Post a Comment