Tanggal 3 Oktober 2017 lalu, merupakan hari suka cita bagi keluarga besar kami. Pada hari itu, sepupu kedua Azka pertama kali melihat dunia. Akhirnya orang tua saya memiliki cucu perempuan. Setelah sebelumnya dua jagoan yang lahir.
Kabar gembira ini sekaligus melayangkan memori saya pada kejadian hampir tiga tahun lalu. Ketika Azka lahir. Anak pertama kami, yang juga cucu pertama baik dari keluarga saya maupun keluarga suami. Hari dimana yang membuat saya berubah sepenuhnya.
Selain kebahagiaan, ada hal lain yang lebih nyata di depan dan harus dihadapi sebagai orang tua baru. Saya akan menuliskannya beberapa, berdasarkan pengalaman pribadi. Mungkin bisa jadi pandangan bahwa memiliki anak memang tidak mudah.
1. Lemah tetapi tidak boleh menyerah
Kondisi perempuan setelah melahirkan itu satu kata, LEMAH. Setelah
berjuang menahan sakit saat pembukaan, lalu mengejan sampai bayi keluar.
Belum lagi jahitan super panjang. Kemudian, dengan sisa tenaga yang ada, si ibu baru harus menggendong, mengganti popok, dan begadang setiap malam karena harus menyusui tiap dua jam. Oh iya, pada kondisi ini, rahim ibu juga mulai menutup dan itu rasanya SAKIT SEKALI terutama saat bayi menyusu. Tidak jarang si ibu menjadi tertekan dan berakibat pada keengganan mengurus bayinya.
Solusi:
Dalam kondisi seperti ini, sangat dibutuhkan seorang SUAMI YANG TANGGUH. Tenaga laki-laki lebih kuat, sehingga harus mengatasi banyak hal ketika istri lemah. Membawa bayi dari baby box-nya, mengambilkan makanan, membantu istri ke kamar mandi, dan mandiri mengurusi diri sendiri. Ini jika kelahiran anak pertama. Jika kelahiran anak kedua dan seterusnya, maka suami harus merangkap menjadi pengasuh kakak-kakaknya.
Tidak apa ya Bapak-Bapak sekalian, kondisi seperti ini tidak lama kok. Satu hingga dua minggu saja Anda merasakan menjadi manusia multi tasking. Selebihnya, istri Anda yang akan menangani semua hingga bertahun-tahun ke depan
2. Tamu datang silih beganti
Ngantuk, lelah, sakit, dan lemah tidak menyurutkan keluarga, kerabat, dan teman datang silih berganti. Aturan tidak tertulis di Indonesia, mengharuskan bayi pun ikut serta menyambut tamu. Ayah, ibu, dan bayi pun akhirnya mendadak sibuk menjadi tuan rumah yang baik. Takut ada "omongan orang", maka keluarga kecil ini menyiapkan banyak perlengkapan untuk menyuguh tamu. Terasa lebih mudah jika punya ART atau ada keluarga yang rela membantu, namun jika yang terjadi sebaliknya ya TEPAR.
Solusi:
Mengucapkan selamat atas kehadiran seorang buah hati memang niat yang mulia. Akan tetapi, ada baiknya kita tidak hanya mementingkan diri sendiri. Jauh lebih baik dan lebih manusiawi, kita meminta izin terlebih dahulu kepada tuan rumah. Kita yang harus terlebih dahulu menanyakan kesediaan mereka menerima tamu. Cukup tanyakan,
Solusi:
Mengucapkan selamat atas kehadiran seorang buah hati memang niat yang mulia. Akan tetapi, ada baiknya kita tidak hanya mementingkan diri sendiri. Jauh lebih baik dan lebih manusiawi, kita meminta izin terlebih dahulu kepada tuan rumah. Kita yang harus terlebih dahulu menanyakan kesediaan mereka menerima tamu. Cukup tanyakan,
"Kalau aku dateng siang ini bisa kah?"
"Kalau kamu sudah merasa pulih dan sehat, kabari ya. Kita mau tengok si baby ganteng"
3. Hakim dadakan
Saya tidak tahu di negara lain, tetapi kalau di Indonesia hakim dadakan akan datang pada saat kelahiran. Hakim dadakan ini tanpa ditugaskan, sudah berinisiatif menghakimi si ibu baru. Mulai dari bedong bayi yang kurang kencang, menyimpulkan penyebab kita tidak bisa melahirkan pervaginam, memutuskan bahwa asi kita sedikit, dan sebagainya. Kalau hakim ini datang dari sanak saudara yang jauh mungkin tidak jadi masalah. Nah, kalau yang datang dari keluarga dekat gimana? Bayangkan saja bagaimana tertekanannya si ibu. Sedang beradaptasi menjadi ibu, namun disalahkan dengan segala hal. Mana mungkin bisa menjadi ibu sempurna dalam hitungan hari ya kan?
Solusi:
Lagi-lagi suami harus ambil peran penting. Dalam hal ini sebagai PEMBELA sang istri. Suami harus pasang badan agar istri tidak disalahkan terus menerus. Selain itu, dengan memiliki suami yang membela, kepercayaan diri istri akan meningkat. Jangan malah ikut-ikutan menyalahkan istri. Kondisi mental ibu akan SANGAT mempengaruhi pengasuhan bayi.
Tapi terkadang, pesan sponsor malah datang dari inisiatif orang tua bayi itu sendiri
Solusi:
Lagi-lagi suami harus ambil peran penting. Dalam hal ini sebagai PEMBELA sang istri. Suami harus pasang badan agar istri tidak disalahkan terus menerus. Selain itu, dengan memiliki suami yang membela, kepercayaan diri istri akan meningkat. Jangan malah ikut-ikutan menyalahkan istri. Kondisi mental ibu akan SANGAT mempengaruhi pengasuhan bayi.
Jika ingin bayi diasuh dengan bahagia, maka bahagiakanlah dulu ibunya!
4. Tamu yang lupa diri
Nah ini dia, spesies yang sangat ditakutkan ibu yang baru melahirkan. Tamu dengan kondisi badan tidak fit, berinisiatif menggendong bayi. Entah mengapa kok ada yang tidak sadar diri kalau sedang sakit. Bayangkan saja, bayi yang sedang beradaptasi dengan kejamnya udara dunia, langsung berinteraksi dengan manusia pembawa virus.
Solusi:
MENJAUH. Tidak boleh ada rasa sungkan. Katakan TIDAK.
"No, no, no. Don't touch my baby"
5. Pesan sponsor
Selain hakim, rupanya sponsor juga sering berdatangan. Maksud sponsor disini adalah pesan dari kiri, kanan, depan, dan belakang tentang rangkaian acara kelahiran. Anggap saja aqiqah. Di dalam Islam, apabila orang tua mampu untuk menyegerakan aqiqah, maka acara ini dilakukan saat bayi berusia tujuh hari. Namun, terkadang kemampuan finansial orang tua bayi, kalah dengan pesan sponsor di balik layar. Ada yang minta ada acara perayaan, sehingga harus menyebar banyak undangan. Belum menyiapkan kelengkapan seperti hantaran, makanan dan minuman, serta seragam.
Solusi:
Jelaskan maksud dan tujuan dari aqiqah atau acara apa pun yang tidak sesuai dengan tuntunan agama dan atau hati nurani kita. Jelaskan dengan jujur. Jangan tutupi pesan sponsor dengan kebohongan. Bakal jadi masalah! Sesungguhnya aqiqah adalah ucapan syukur yang cukup ditandai dengan penyembelihan kambing dan apabila mampu maka harus disegerakan ketika bayi berumur tujuh hari.
Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman saya, tetapi lima poin ini yang umum terjadi :)
Salam hangat,
Astri
No comments:
Post a Comment