Bismillahirrahmanirrahim,
Baru tahu ada diskusi di grup Bunda Sayang Kalimantan 4 setelah lewat satu malam dan ternyata ada tugas. Mari kita kerjakan. Huhah!
1. Alasan terkuat apa yang Anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu Buda Sayang?
Alasan terkuat saya adalah saya merasa masih sangat kurang ilmu baik dari segi produktivitas diri dan segi membersamai keluarga. Di dunia maya memang banyak tersebar informasi terkait hal tersebut, namun saya menghindari tsunami informasi. Sehingga, saya pun memilih perkuliahan resmi Bunda Sayang ini sebagai lahan belajar. Ada fasilitatornya, ada materinya, ada teman-teman seperjuangan pula. Lengkap!
2. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan Anda rencanakan di bidang tersebut?
In sya Allah saya tetap menggunakan skala prioritas. Dimana prioritas pertama adalah pekerjaan domestik termasuk di dalamnya mengasuh anak dan melayani suami. Jika urussan tersebut telah tunai dikerjakan, maka saya beralih ke prioritas kedua yaitu mengikuti kelas pengembangan diri dan berlatih dalam menulis sebagai usaha menempuh 10.000 jam terbang.
Untuk kelas pengembangan diri, saat ini saya hanya mengikuti kelas Bunda Sayang. Ada satu tugas yang masih tersisa di kelas Diklat Pengurus IP dan in sya Allah selesai bulan depan.
Khusus untuk jam online, berhubung jam online saya kalau tidak pagi sekali, ya agak sore yang mana beda dengan jam online kebanyakan ibu-ibu, maka pagi hari saya prioritaskan untuk memanjat obrolan di grup. Semoga tidak ada yang tertinggal, in sya Allah.
3. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?
Kebetulan saya sudah akrab dengan dunia karya ilmiah sejak duduk di bangku SMA. Dari situ saya paham bahwa menulis sesuatu dengan mengutip buah pemikiran orang lain maka wajib disertakan sumbernya. Alhamdulillah, sampai kelas matrikulasi pun saya mengusahakan untuk selalu hati-hati semoga tidak ada plagiasi yang saya lakukan. Walaupun kadang kuatir juga ada plagiasi di luar kesadaran dan bisa menimbulkan konflik di belakang. Meskipun sejauh ini belum pernah terjadi.
Yang benar-benar saya perbaiki setelah banyak berkecimpung di grup pembelajar adalah saya tidak lagi asal "left group" pada suatu grup. Setidaknya pamit dengan satu atau dua kalimat baru meninggalkan tempat. Jujur saja, dulu ketika HP sudah mulai melemah kinerjanya saya langsung main "left group". Terima kasih ilmunya ya para fasil dan semua tim di dapur IIP :)
4. Sikap seorang pembelajar terhadap fasilitator
- Bagi saya fasilitator adalah guru dalam proses belajar. Sehingga sama seperti hasil diskusi bahwa pembelajar wajib hormat dan menghargai pra fasilitatornya. Apalagi mengingat bahwa beliau semua benar-benar harus mengatur ritme kerjanya yang terkadang susah sekali dicari waktu longgarnya.
- Sedikit banyak mempelajari karakter fasilitator karena kemungkinan ada yang tidak suka jika diinterupsi di tengah penjelasannya. Walaupun sejauh ini saya belum menemukan fasilitaro yang demikian. Semuanya seru ketika masuk diskusi dua arah.
5. Ketika fasilitator menyampaikan jawaban yang kurang tepat
Kesalahan adalah wajar bagi setiap manusia, maka bagi seorang teman belajar menurut saya wajib memakluminya. Selama kesalahan tersebut tidak melanggar hukum (negara dan agama) dan norma yang berlaku.
Sebagai pembelajar yang memiliki hak untuk bersuara, maka kita bisa menyanggahnya dengan cara yang sopan dan tidak melanggar CoC. Supaya meminimalkan konflik besar dalam suatu hubungan yang sudah terjalin dengan baik.
Pada akhirnya, ditemukan jawaban yang pas dan tidak ada sakit hati di antara kedua belah pihak. Untuk itu maka perlu menerapkan pesan dari Bu Septi: The True Leader, No Baper.
6. Jadwal diskusi telah ditetapkan, materi telah diposting di GC, dan review diskusi telah tersedia. Apa yang dilakukan mahasiswi yang beradab baik?
Mencatatnya sebagai catatan pribadi dengan media sesuai kebutuhan masing-masing. Intinya adalah pada kemudahan untuk membaca lagi materi tersebut agar ilmunya tidak "menguap".
7. Disetiap level akan ada T10. Mana yang lebih bermartabat, membuat setoran asal-asalan agar tepat waktu, atau mengatur waktu dengan baik sehingga dapat membuat setoran berlualitas dan tepat waktu?
Mengatur waktu dengan baik sehingga dapat membuat setoran berlualitas dan tepat waktu. Dengan metode start from finish line yaitu memetakan apa tujuan akhir kita, lalu membreakdown menjadi kegiatan-kegiatan kecil sehingga mempermudah kita dalam menjalankan T10 nantinya.
8. Materi yang disampaikan dirasa sangat bermanfaat. Cara publikasi mana yang dirasa lebih bermartabat?
Menulis hikmah dan pengalaman saat mendapat materi dan menulis review. Jika pun mengambil materi yang sudah ada di media sosial, maka wajib mencantumkan sumbernya.
9. Mendapatkan tawaran untuk mengisi materi yang berkaitan dengan bunda sayang, apa yang anda lakukan?
Pertama, melihat kemampuan diri yang didasarkan pada skala prioritas. Jika tidak sanggup, maka bisa menolak dengan cara yang halus. Jika sanggup, maka kita dapat berperan aktif. Dengan mengisi materi maka sebuah ilmu akan lebih merasuk ke dalam kalbu: learning by teaching.
Kedua, kita bisa memberikan ilmu yang kita miliki, namun materi yang disampaikan saat kita jadi narasumber tidak boleh sama persis dengan materi bunda sayang.Contoh kita mengisi materi komunikasi produktif, maka kita bisa review materi bunda sayang (dengan mencantumkan sumber) dan menambahkan literatur lain.
10. Kegiatan di ranah domestik dan publik semakin padat, tidak memungkinkan mengikuti perkuliahan. Cuti dan pengunduran diri diperbolehkan. Bagaimana etika mengajukan cuti atau pengunduran diri?
Tentunya diawali dengan konsultasi dengan fasilitator mengenai masalah yang sedang kita hadapi dan memberikan alasan mengapa masalah tersebut harus menghentikan langkah kita dalam kelas bunda sayang. Lalu kita harus mengikuti prosedur yang sudah ditentukan karena ada administrasi yag harus diselesaikan sebelum cuti/pengunduran diri. Baik dari fasilitator, di tim dapurnas, maupun regional.
11. Kuota Bunda Sayang terbatas. Banyak IPers yg ingin mengikuti perkuliahan tapi tidak mendapatkan kuota. Sementara ada peserta yang sudah terdaftar, namun mundur ditengah jalan. Bagaimana menurut anda mengenai konsekuensi yang sebaiknya diberlakukan?
Jika alasannya jelas dimaklumi, namun kosekuensi tetap berlangsung yaitu bagi yang mundur dari kelas bunsay batch #4 maka tidak boleh mengikuti kelas bunsay batch #5 namun harus menunggu sampai dibukanya kelas bunsay #6.
Untuk saya pribadi, sebenarnya saya tidak mau mundur ataupun cuti mengingat materi matrikulasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan saya dan keluarga, apalagi kelas bunsay yang istilahnya setingkat di atas matrikulasi. Namun, dari awal mendaftar saya tahu bahwa ada kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan pada akhir tahun ini. Hanya sebentar saja, namun tidak bisa disela dengan membuka laptop untuk mengerjakan NHW. Kesalahan saya adalah saya tidak tanya-tanya dulu sistem bunsay yang ternyata harus mengumpulkan 17 tugas tiap bulannya dan dikumpulkan per hari. Keburu was-was tidak mendapat kuota pendaftar, huhuhu. Semoga bisa menjalani keperluan dengan sebaik-baiknya tanpa harus cuti dari kelas bunsay. Saya mohon didoakan ya :)
Kedua, kita bisa memberikan ilmu yang kita miliki, namun materi yang disampaikan saat kita jadi narasumber tidak boleh sama persis dengan materi bunda sayang.Contoh kita mengisi materi komunikasi produktif, maka kita bisa review materi bunda sayang (dengan mencantumkan sumber) dan menambahkan literatur lain.
10. Kegiatan di ranah domestik dan publik semakin padat, tidak memungkinkan mengikuti perkuliahan. Cuti dan pengunduran diri diperbolehkan. Bagaimana etika mengajukan cuti atau pengunduran diri?
Tentunya diawali dengan konsultasi dengan fasilitator mengenai masalah yang sedang kita hadapi dan memberikan alasan mengapa masalah tersebut harus menghentikan langkah kita dalam kelas bunda sayang. Lalu kita harus mengikuti prosedur yang sudah ditentukan karena ada administrasi yag harus diselesaikan sebelum cuti/pengunduran diri. Baik dari fasilitator, di tim dapurnas, maupun regional.
11. Kuota Bunda Sayang terbatas. Banyak IPers yg ingin mengikuti perkuliahan tapi tidak mendapatkan kuota. Sementara ada peserta yang sudah terdaftar, namun mundur ditengah jalan. Bagaimana menurut anda mengenai konsekuensi yang sebaiknya diberlakukan?
Jika alasannya jelas dimaklumi, namun kosekuensi tetap berlangsung yaitu bagi yang mundur dari kelas bunsay batch #4 maka tidak boleh mengikuti kelas bunsay batch #5 namun harus menunggu sampai dibukanya kelas bunsay #6.
Untuk saya pribadi, sebenarnya saya tidak mau mundur ataupun cuti mengingat materi matrikulasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan saya dan keluarga, apalagi kelas bunsay yang istilahnya setingkat di atas matrikulasi. Namun, dari awal mendaftar saya tahu bahwa ada kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan pada akhir tahun ini. Hanya sebentar saja, namun tidak bisa disela dengan membuka laptop untuk mengerjakan NHW. Kesalahan saya adalah saya tidak tanya-tanya dulu sistem bunsay yang ternyata harus mengumpulkan 17 tugas tiap bulannya dan dikumpulkan per hari. Keburu was-was tidak mendapat kuota pendaftar, huhuhu. Semoga bisa menjalani keperluan dengan sebaik-baiknya tanpa harus cuti dari kelas bunsay. Saya mohon didoakan ya :)
keren mba astri, semoga lancar ya kuliah bunsay nyaaa...
ReplyDelete