Sunday, September 2, 2018

Azka, Seorang Anak Laki-Laki yang Bermain Masak-Masakan dan Boneka

Halo Teman-Teman,

Beberapa hari lalu ada sebuah kejadian. Lemari saya ambruk hingga seluruh isinya berantakan 😢
Karena hanya dengan melihat baju-baju berantakan cukup membuat saya lelah, maka saya memutuskan mengajak Azka ke lapangan kelurahan dulu. Orang sekitar menyebutnya dengan lapangan Town Hall. Ceritanya disini ya.

Setelah makan malam, suami saya berinisiatif memulai membereskan lemari. Lalu, kemanakah baju itu diletakkan?? Kami tidak ada lemari cadangan, sehingga diputuskan semua baju dimasukkan ke kontainer plastik. Masalahnya kontainer kami tidak ada yang kosong, sehingga suami saya meringkas barang agar yang tadinya barang ada di dua kontainer, diringkas menjadi satu kontainer.

Nah, pada proses meringkas ini, Azka ikut "nimbrung" dan menemukan peralatan makan yang sudah lama sekali saya simpan.

"Ini apa Mami?"
"Itu alat makan"
"Punya siapa?"
"Punya Azka, dulu waktu Azka lahir dapet kado banyak banget. Itu dari temen Mami, kalau yang itu dari temen Papi"

Kemudian, Azka merasa baha barang tersebut adalah penuh hak miliknya. Sementara saya sedang sibuk merapikan baju, saya melihat Azka bolak-balik, tetapi tidak tahu dari mana dan kemana arahnya. Saya mengecek Azka berkali-kali dan mengepel air yang ada di ruang tamu. Beberapa kali saya ngecek, kok air ada di lanta padahal saya pun juga sudah mengepelnya bolak-balik. Ternyata, Azka bolak-balik tadi adalah dari ruang tamu ke arah dispenser dan kembali lagi ke ruang tamu sambil membawa gelas berisi air. Pantes saja, air berceceran dimana-mana.

Rupanya Azka sedang berimajinasi masak-masakan atau mebuat minum atau sebangsa itu lah. Azka sudah sejak lama mengincar untu bermain kompor yang sudah saya larang juga dengan keras. Mungkin permainan ini adalah salah satu pelampiasannya.

Saya seorang ibu yang tidak terlalu menggolongkan mainan terlalu ketat. Maksudnya, Azka saya bebaskan untuk bermain masak-masakan sesukanya. Pun juga saya biarkan bermain boneka beruang kesayangannya. Walaupun Azka memang jauh lebih suka dengan mainan berbau mobil-mobilan atau kendaraan konstruksi.





Pertimbangan saya tentang membiarkan Azka bermain permainan tersebut antara lain:
1. Permainan yang menurut banyak orang diasumsikan "mainan perempuan" biasanya justru melatih motorik halus anak-anak contohnya masak-masakan, mainan jepit rambut, memakaikan boneka baju, dll. Sementara yang diasumsikan "mainan laki-laki" biasanya melatih motorik kasarnya, contohnya sepak bola dan permainan olah raga lainnya.
Tujuan saya, melatih motorik halusnya agar memudahkan juga ketika nanti belajar menulis dan berkegiatan yang membutuhkan keterampilan motorik halus.

2. Menurut saya, permainan tidak memiliki jenis kelamin. Asumsi yang membuatnya berkelamin. Buktinya banyak chef laki-laki, pun penjahit laki-laki. Saya pun membiarkannya masak-masakan dan bermain boneka

3. Melatih empati dari berbagai sudut pandang. Maksudnya disni, mainan yang sekali lagi diasumsikan sebagai "mainan perempuan" biasanya justru yang kita lihat sehari-hari di rumah. Sementara yang diasumsikan "mainan laki-laki" justru jarang menjadi kegiatan yang dilakukan rutin dengan frekuensi yang besar. Maksudnya, umumnya kita akan lebih sering makan ketimbang bermain sepak bola. Dan harusya lebih sering membersihkan rumah daripada membenahi motor (untuk yang pekerjaannya bukan montir ya).
Tujuan saya, supaya Azka tahu bahwa dia pun harus bisa masak dan menjadi orang yang penyayang. Boneka beruang aja disayang, apalagi istrinya nanti. Lagipula, istri mana yang tidak suka dimasakin suaminya?? 😝

Namun, bukan tanpa batasan-batasan yang jelas. Secara garis besar, saya membatasi permainannya dalam hal:
1. Saya tetap mengingatkannya bahwa dia berkelamin laki-laki dan dia sudah mengetahuinya.
2. Saya tidak provide peralatan khusus masak-masakan karena belum tentu juga minatnya disini, kemungkinan karena sering melihat saya masak dan menurutnya tampak mengasyikan. Dia memasak menggunakan alat yang saat itu diasumsikannya sebagai peralatan masak.
3. Boneka yang dia punya hanya dua yaitu boneka beruang kesayangannya yang saya dapat dari kado wisuda dan boneka lebah hasil tantenya "mancing boneka" di Transmart Jogja. Saya tentu tidak memberikannya boneka Barbie atau boneka yang menunjukkan jenis kelamin perempuan.

Kami berusaha mengasuh Azka dengan memberi pengetahuan bahwa di laki-laki seperti Papi dan tidak bisa melahirkan seperti Mami. Sehingga bermain masak-masakan dan boneka pun tetap menjadikannya laki-laki yang suka main mobil-mobilan. In sya Allah.





Salam Hangat,


Astri
(Bukan pakar parenting)

No comments:

Post a Comment