Tuesday, October 24, 2017

Mempelajari Kasus Bullying Anak-Anak Masa Kini

Halo Teman-teman,

Beberapa hari lalu, saya mengikuti Kuliah Whatsapp (kulwapp) yang membahas kasus tentang pem-bully-an. Oh iya, bagi yang sudah membaca beberapa artikel dari saya, beberapa kali saya menyebutkan mengikuti kulwapp. Jika ada yang berprasangka, "Ini orang ikut kulwapp terus ngapain ya?". Oke saya terangkan ya, hehehe.

Kebetulan setahun terakhir ini saya berdomisili di sebuah kota kecil bernama Sangatta Utara. Layaknya kota kecil yang berada di luar Pulau Jawa, akses untuk bergerak di kota minim infrastruktur akan sangat terbatas. Ditambah lagi, tidak ada orang tua, saudara, dan teman yang kita kenal tinggal di kota yang sama. Akibatnya, saya pernah merasa sendiri dan tidak punya informasi. Padahal, aslinya saya ini sangat suka belajar. Namun, tidak bisa keluar banyak karena memang pekerjaan utama saya adalah mengurus rumah dan mengasuh anak. Alhamdulillah, era digital sudah semakin maju dan di luar sana banyak sekali orang-orang yang sangat baik mau membagi ilmunya dengan memberikan kuliah via Whatsapp. Sehingga, menuntut ilmu bagi ibu rumah tangga dengan anak balita yang tinggal di kota kecil pun menjadi mungkin. Tidak hanya mungkin, namun juga mudah.

Kembali ke topik yes!

Beberapa hari lalu saya mengikuti kulwapp bertajuk "Kulwapp Bullying_Synapsys". Ketika sekolah dan kuliah, bullying ini tidak asing di mata saya. Namun, yang saya tahu hanyalah bullying tindakan tidak terpuji dan tidak perlu diikuti. Itu saja. Padahal seharusnya kita ikut andil dalam mengatasi hal tersebut.

Bullying ini saya kira sudah terjadi sejak jaman dahulu kala dengan bentuk yang beraneka ragam. Contohnya, saya generasi tahun 90-an, kasus bullying yang pernah saya lihat antara lain:
  1. Menghina bentuk fisik seseoang. Baik karena bertubuh gendut maupun terlalu kurus. Ataupun bentuk fisik lain yang dinilai "lucu" untuk dijadikan bahan candaan
  2. Menghina penampilan seseorang. Bisa karena orang itu berkaca mata tebal, berpakaian aneh, ataupun memakai baju yang sudah tidak bagus lagi
  3. Menghina seseorang karena status finansialnya
  4. Selalu menyebutkan nama seseorang yang sama, ketika guru meminta muridnya menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal
  5. Mengancam dan mengintimidasi seseorang agar keinginan pelaku dapat terpenuhi
  6. Menggunakan nama orang tua sebagai bahan ejekan  
Di era digital seperti sekarang ini, bullying pun masuk ke ranah online. Manusia dengan mudahnya menghujat orang lain karena alasan perbedaan pendapat. Lucunya, pihak yang saling menghujat tidak mengenal secara personal. Hanya perang tulisan dengan kata-kata yang sinis dan sadis. Begitu pula yang pernah saya lihat di sosial media para publik figur. Komentar yang mengiringi postingan mereka pun tidak selalu positif. Selalu ada komentar negatif nan nyinyir dari sekelompok orang yang disebut dengan haters. Kemudian muncullah perdebatan antara haters yang menghujat dan fans yang membela. Anehnya, antara haters, fans, dan publik figur tidak ada yang mengenal secara personal. Pertengkaran yang menguras emosi dan hati tanpa ada solusi.

Sebelum beranjak lebih jauh, perlu diketahui definisi dari bullying adalah tindakan negatif yang bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara berulang oleh satu atau lebih pihak kepada pihak lain yang memiliki keulitan membela dirinya (Dan Olweus, salah satu pionir riset tentang bullying). Dalam kasus bullying ini, setidaknya ada tiga pihak yang terlibat. Petama adalah pelaku, kedua adalah korban, dan ketiga adalah bystander. Khusus yang ketiga ini bahasa mudahnya adalah "penonton". Bagi pelaku dan korban tentulah kita sudah tahu apa yang terjadi. Sementara, bagi bystander ini ada banyak kemungkinan. Bisa jadi mereka hanya menonton, bisa juga "maju" dan menengarai tindak bullying yang mereka lihat, atau malah akhirnya jadi pemandu sorak yang membuat korban merasa lebih tertekan.

Apa saja faktor yang membuat seseorang rentan menjadi pelaku bullying?
  1. Memiliki pengaruh sosial yang kuat atau populer
  2. Ingin mendominasi pihak lain
  3. Agresif dan mudah frustasi
  4. Kurang berempati
  5. Sulit untuk taat
  6. Kurang mendapat perhatian dari orang tua
  7. Memiliki masalah di dalam keluarga
  8. Berpikir negatif tentang orang lain
  9. Menganggap kekerasan sebagai tindakan yang dapat dilakukan
  10. Memiliki teman yang melakukan bullying
Apa saja faktor yang membuat seseorang rentan menjadi korban bullying?
  1. Adanya anggapan bahwa pihak tertentu berbeda dengan teman sebayanya. Seperti kelebihan atau kekurangan berat badan, bisa juga karena menggunakan kaca mata dan berpakaian aneh
  2. Secara finansial tidak mampu berpenampilan keren
  3. Dianggap lemah atau tidak dapat mempertahankan diri sendiri
  4. Mengalami kecemasan, depresi, atau harga diri yang rendah
  5. Kurang populer dibandingkan teman yang lain
  6. Berperilaku menjengkelkan untuk mencari perhatian pihak lain
  7. Baru masuk ke dalam suatu lingkungan baru (sekolah, kampus, atau tempat kerja)
  8. Memiliki perbedaan orientasi seksual (LGBT)
Apa saja yang harus dilakukan supaya anak kita tidak terjerumus menjadi pelaku bullying? 
  • Orang tua harus mengajarkan sejak dini, bahkan pada saat bayi tentang empati. Bisa dengan mengajak anak-anak ikut terlibat dalam pekerjaan di rumah, membantu membawa barang belanjaan, dan mengajak ke berbagai aktfitas sosial. Perlu juga untuk mengajarkan pada anak cara mengatasi perbedaan pendapat dengan cara baik dan santun
  • Memberikan perhatian sesuai dengan tahap perkembangan. Tanamkan bahwa menyelesaikan masalah tidak harus dengan kekerasan
  • Terlibat langsung dalam pergaulan anak kita. Paling mudah adalah mengenal secara personal dengan siapa anak kita bergaul. Perlu juga dikomunikasikan terhadap anak terkait harapan orang tua tentang teman yang mereka pilih. Memilih-milih teman saya kira masih ada dalam koridor positif jika tolok ukur yang dipakai adalah akhlak. Karena berteman dengan seseorang ber-akhlak baik, maka akan baik pula akhlak kita. Namun, jika berteman dengan seseorang yang buruk akhlak-nya, maka rentan juga akhlak kita menjadi buruk
  • Memberi arahan bahwa menjadi pelaku bullying bukan merupakan tidakan terpuji. Sebaliknya, berteman dengan orang yang tidak memiliki kawan adalah keren (tetapi tetap mengacu pada poin sebelumnya dalam berkawan ya)
  • Mengarahkan anak-anak kepada kegiatan positif baik bersifat akademis maupun non-akademis
  • Terlibat langsung dalam seluruh kegiatan anak kita. Ingat, anak adalah titipan Illahi
  • Mau belajar dan berubah. Maksud saya di sini adalah akan sangat percuma jika orang tua meminta anaknya berlaku jujur, sopan dan santun, berprestasi, dan lemah lembut tetapi kita sendiri susah berkata jujur, sering kasar, tidak mau belajar, dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Anak kita bercermin dari orang tuanya. Jadilah sepantas-pantasnya cermin!
Apa saja yang harus dilakukan supaya anak kita tidak menjadi korban bullying?
  • Tingkatkan helathy self-esteem atau dalam bahasa mudahnya harga diri. Bisa dari sedini mungkin. Tentu bahasa dan teknik yang digunakan disesuaikan dengan usia. Cara sederhananya adalah dengan membiarkan anak kita berusaha dalam memenuhi keinginannya, hindari anak hanya "terima jadi". Libatkan anak-anak dalam pekerjaan rumah agar menumbuhkan perasaan bahwa anak kita mampu melakukan sesautu. Dalam hal yang masih wajar, biarkan anak-anak memilih seperti pakaian atau jenis permainan untuk mengajarkan cara mengambil keputusan. Perlu menanamkan dalam diri anak bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, sehingga hal terbaik yang bisa dilakukan adalah berusaha sebaik mungkin. Berikan pujian secukupnya jika anak melakukan proses kehidupannya dengan baik. Hindari membanding-bandingkan anak kita dengan orang lain. Terakhir, tanamkan bahwa anak kita merupakan ciptaan Allah yang berharga, sehingga tidak ada yang boeh merendahkannya.
  • Bangun rasa percaya diri
  • Latih anak kita untuk menghindari pemicu bullying seperti diajarkan untuk berpakaian yang pantas, dilatih untuk memiliki body language yang baik seperti jalan menghadap depan, jalan tanpa memasukkan tangan ke dalam saku, dan ajarkan gesture yang sesuai situasi dan kondisi.
  • Menjadi pendengar yang baik
  • Mengajarkan pertahanan diri seperti melatih anak berbicara tegas namun sopan, sehingga membuat orang lain segan
  • Berkordinasi dengan pihak sekolah (jika masih sekolah) apabila terjadi suatu yang mencurigakan seperti tiba-tiba anak menjadi murung atau menolak berangkat sekolah
Jika sudah terlanjur dari korban bullying maka bagaimana orang tua harus bertindak?
  • Ajak bicara. Situasinya harus privat supaya proses penyembuhan menjadi lebih mudah. Pada proses ini, kita juga harus meyakinkan anak kita bahwa sebagai orang tua, kita benar-benar tulus ingin membantu. Mengingat korban bullying yang sudah parah, umumnya memiliki tingkat kepercayaan rendah terhadap orang lain
  • Mendengarkan tanpa memberi penilaian. Cukup dengarkan saja tanpa ada nasihat atau penilaian yang membuat anak kita semakin tertekan. Jika ingin bertanya, gunakan kata tanya "bagaimana" atau "apa saja". Gali informasi mengenai kegiatannya sehari-hari dan dengan siapa saja mereka bergaul
  • Bantu terus anak kita untuk meningkatkan self-esteem
  • Bantu anak untuk berkegiatan positif untuk menghindari isolasi diri. Perhatikan jika anak sudah mulai murung dan mengunci diri di kamar. Amati perilakunya, jangan sampai melakukan tindakan yang membahayakan seperti percobaan bunuh diri
  • Tetap meminta anak kita untuk menghadapi situasi yang ada karena tidak bisa selalu menghindar seperti mogok sekolah atau kerja. Namun, tetap dengan pantauan
  • Jika setelah melakukan berbagai cara anak kita masih menunjukkan depresi, cari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater
  • Jangan lupa mengapresiasi kemauannya untuk terbuka terhadap kita
  • Luka batin yang sudah terlanjur terbentuk akibat bullying bisa diobati tentunya dengan bantuan profesional salah satunya dengan psikoterapi. Beberapa psikoterapi telah diuji secara ilmiah efektivitasnya dalam menangani korban bullying yang sudah sampai mengalami luka batin. Bagi anak-anak Play Therapy dapat menjadi pilihan, sedangkan pada remaja adalah Cognitive Behavioral Therapy. Inti dari psikoterapi yang dilakukan adalah agar korban dapat mengenali, berbagi, dan berproses dengan pikiran, perasaan, pengelaman yang dialami, sehingga dapat dipulihkan.
Apa yang bisa dilakukan oleh bystander?
  • Tunjukkan pada sekitar bahwa bystander tidak mendukung aksi bullying
  • Jangan hanya diam dan menonton atau bahkan malah menyoraki kejadian tersebut apalagi ikut-ikutan
  • Menawarkan bantuan bagi korban
  • Tidak perlu mempermalukan atau menyebarkan kejadian bullying baik dari mulut ke mulut maupun di sosial media
  • Melaporkan pada pihak yang memiliki otoritas, misalnya di sekolah bisa melapor pada guru atau konselor. Jika bullying sangat serius maka bisa dilaporkan langsung ke polisi. Jika terjadi di ranah online, maka laporkan ke situs atau aplikasi yang bersangkutan
Bagaimana sekolah dapat mencegah bullying?
  •  Membangun kepedulian guru-guru dan staff sekolah tentang isu bullying
  •  Melatih guru dan staf tentang pencegahan dan penanganan bullying
  • Membuat tata tertib yang mengatur tentang bullying dan sanksi tegas
  • Memberikan seminar tentang bullying yang dibawakan oleh profesional dari berbagai bidang ilmu, seperti hukum dan psikologi
  • Pada saat orientasi sekolah, siswa telah diberi pengenalan tentang pentingnya tidak melakukan bullying
Jika terjadi bullying, maka apa yang perlu diusahakan orang tua kepada pihak sekolah?
  • Konsultasi dengan konselor sekolah atau guru BK dan guru wali kelas. Kemudian meminta pihak sekolah menyelesaikan masalah tersebut (mengingat kejadiannya di sekolah)
  • Jika tindakan bullying terus berlanjut, tetap konsultasikan dengan pihak sekolah dan rancang resolusi lain (bersama pihak sekolah) tentang langkah yang akan dilakukan. Bisa juga dengan mempertemukan orang tua pelaku dengan pihak sekolah
  • Jika tetap tidak berhenti, orang tua dapat mempertimbangkan memindahkan anaknya ke sekolah lain dengan lingkungan yang lebih kondusif
  • Menurut saya, perlu juga melampirkn bukti-bukti yang memperkuat pengaduan kita. Bisa berupa rekaman video maupun suara dan menghimpun saksi-saksi yang meilhat kejadian bullying
Apa hal yang  perlu diperhatikan apabila ingin memindahkan sekolah anak korban bullying?
Pada poin sebelumnya dituliskan bahwa orang tua sah-sah saja memindahkan anaknya jika menjadi korban bullying, apabila pihak sekolah tidak menunjukkan dukungannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, ada yang perlu dipertimbangkan ketika nantinya memilih sekolah yang baru. Yaitu tentu saja orang tua wajib mengetahui apakah sekolah tersebut memiliki concern terhadap penanganan kasus bullying di sekolahnya. Pastikan, apakah ada sanksi keras terhadap pelaku bullying dan penanganan pencegahannya.
Lalu, jika orang tua telah memiliki penilaian yang baik terhadap sekolah yang ditunjuk, buat kesepakatan dengan anak. Menjadi korban bullying memang sulit, namun tetap harus melangkah untuk menapaki kehidupan berikutnya. Maka, jika anak sudah setuju untuk sekolah di tempat yang baru, bantu mereka untuk tanggung jawab atas pilihannya. Jangan sampai terlalu sering memindahkan anak apabila dia terus menerus mengeluh menjadi korban bullying. Karena bisa jadi ada sesuatu dalam diri anak kita yang rentan sekali menjadi bahan bullying. Apabila nyatanya memang seperti itu, bisa meminta bantuan profesional.

Apa dampak dari bullying?
Dampak dari korban bullying bisa beraneka ragam, tergantung dari kekuatan mental seseorang. Seperti mudah merasa cemas, terancam, takut, minder, dan membenci dirinya sendiri (karena fisiknya sering menjadi bahan ejekan). Lebih parah lagi, tidak sedikit korban bullying mengalami depresi berat dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Kita pun sebagai orang tua harus memahamkan ke anak bahwa melakukan bullying memiliki konsekuensi yang berat. Seperti mendorong orang lain untuk melakukan bunuh diri (dan itu SANGAT SANGAT SANGAT tidak keren), hingga bisa saja berakhir di penjara. Tanamkan selalu bahwa langkah apapun yang mereka ambil, selalu mengandung konsekuensi di dalamnya.


Sekian sharing kulwapp mengenai bullying yang telah saya ikuti. Apabila dirasa hal ini penting, maka saya minta tolong dengan sangat untuk ikut membagikan infomasi ini. Kita tidak bisa menjadi pahlawan di muka bumi untuk setip masalah, namun kita bisa membawa jari kita menyebarkan informasi yang baik untuk orang di luaran sana. In sya Allah :)

Salam Hangat,

Astri

*Sumber artikel ini merupakan kulwapp yang saya ikuti dengan narasumber seorang psikolog yang sudah banyak menangani kasus bullying di sekolah bernama Mbak Pauline Pinkan Pantauw (Pauline)


No comments:

Post a Comment