Entah kenapa ya, saya yang anak rantau ini kalau mendengarkan lagu SO7 langsung terngiang-ngiang dengan Jogja. Apa karena SO7 berasal dari Jogja atau saya aja yang rindu dengan kota itu.
Saya bukan anak Sheila Gank, lagu mereka di playlist Winamp saya pun hanya yang saya suka. Tapi kok tiap dengar suara Duta dan alunan gitar dari Eros, leher saya seperti terkena angin semerbit Jogja. Panas tapi menyejukkan.
"Rasakan resahku dan buat aku tersenyum, dengan canda tawamu walau untuk sekejap". Jogja memang selalu membuat saya tersenyum hanya dengan mengingatnya. Candaan orang-orangnya khas, tidak saya temukan di kota-kota lain ketika merantau.
"Bila lelah tetaplah disini". Memang ya Jogja itu obat lelah, membuat siapa saja betah.
"Dan apabila esok datang kembali". Berapa anak muda sekarang bercita-cita menghabiskan masa tua di Jogja, kota penuh ketenangan. Mengumpulkan uang untuk membeli tanah yang harganya makin lama makin tak masuk akal. "Melupakanmu, menafikkanmu". Mana mungkin, kota dengan ratusan sudut romantis berbalut harga murah abis.
"Arti teman lebih dari sekedar materi". Iya, saya menemukan teman dan sahabat di kota ini. Dan mereka sekarang juga beranjak pergi. Mengejar sesautu yang dinamakan mimpi. Atau sekedar mengais rejeki.
Di area UGM,
Suasana lembah yang menyejukkan, menyajikan pemandangan mahasiswa membawa tas punggung. Berjalan ataupun lari bergegas takut ketinggalan kelas. Warung-warung makan mahasiswa berjajar. Mengobati perut mahasiswa yang lapar. Kos-kosan berjubal. Sesekali, tempat fotocopy ramai dengan orang. Saat itu terlihat, tenggat waktu tugas makin dekat. "Cukupkah indahkah dirimu untuk selalu kunantikan?". Iya jelas. Jogja memang indah.
Di area Malioboro,
Es krim di dekat pintu utama mall Malioboro cukup membuat saya riang. Lalu Beringharjo? Ada kah yang tidak jatuh cinta dengan tempat ini? Saya sering ke tempat ini tanpa berbekal uang sepeser pun. Hanya ingin menikmati suara riuh tawar-menawar, mencium aroma sate kere, merasakan atmosfernya yang belum saya temukan di kota lain.
Di area jalan solo,
Ingatan saya berlari ke susu ovaltine-dingin-cenderung-kemanisan yang dijual di lantai dasar Gardena. Dulu, ibu saya sering membelikannya ketika sepulang sekolah. Keluar dari toko tercium aroma kue leker, lumpia, dan pukis. Sembari berjalan menuju parkir kendaraan yang sulit didapatkan, terlihat berjejer toko kain dengan alunan musik india memekikkan telinga.
Mengarah sedikit ke barat,
Tempat favorit saya, Gramedia Soedirman. Suatu saat hujan sangat deras, saya tidak bisa pulang karena mantel ketinggalan. Saya berdiri lama sekali di lantai tiga sembari mengamati lalu lalang orang berhenti di simpang empat. Saya lupa musik apa yang dimankan saat itu, tetapi telinga saya mendengar "Waktu hujan turun di sudut mataku, begitu derasnya".
Ketika hari minggu,
Ada yang lebih favorit dari Sunmor? Berjubal pedagang dan pembeli. Ada yang menawar sesuka hati, membeli makanan tiada henti, atau hanya melihat-lihat yang penting happy. Ada yang sendiri, ada yang menggandeng kekasih hati. Pokoknya asik aja dateng kesini. Semua bisa dicari.
Saya juga rindu menyusuri Jalan Kaliurang, Jalan gejayan, dan Jalan Monjali. Mengingatkan saat kuliah dulu. Ah! Walaupun saya mendengar kabar saat ini macetnya menusuk hati.
Ketika penelitian dan penyusunan skripsi, saya senang sekali mendengar Perfect Time. Liriknya pas, sesuai dengan saya yang kekurangan dana. "Let the stars above us replace all the falling tears". Tidak terasa masa-masa itu sudah dilewati. Tiba sidang skripsi, lagi-lagi lagu SO7 yang keluar. "Hari telah berganti, tak bisa kuhindari, tibalah hari ini bertemu dengannya. Oh Tuhan untuk kali ini saja, lancarkan hariku. Hariku bersamanya".
Ah Jogja! Parangtritisnya, Kaliurangnya, Angkringannya.
Ah Jogja! Mau tidak mau takdir membawa saya jauh darinya. Meninggalkan ratusan atau ribuan kenangan dan orang tua yang sudah mulai beruban. "Kau harus bisa bisa berlapang dada. Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya".
No comments:
Post a Comment