Saturday, November 25, 2017

Cinta Semanis Madu

Pagi yang indah. Membuka mata dan melihat kau masih terlelap. Aku masih canggung menjadi istri. Tak tahu apa yang harus ku perbuat. Maka aku buatkan kau secangkir teh hangat dan setangkup roti tawar selai stroberi. Menaruhnya di atas piring porselen warna putih corak bunga lili. Membuat meja makan tertata rapi. Menunggumu membuka mata dan kita mulai sarapan pagi.

Aku gembira melihatmu tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas menu yang tanpa usaha itu. Kita berbincang. Kupandangi wajahmu yang menawan. Mata yang terbelalak, dahi yang mengkerut, hidungmu yang mancung. Perpaduan antara bibir yang tipis dengan gigi rapi. Suaramu menjadi melodi baru dalam hidupku.

Sejenak aku berkata pada Tuhan, “Ijinkan aku Tuhan untuk menikmati suasana ini setiap hari. Aku berjanji untuk selalu menjaga hatinya, melayani kebutuhannya, menjadi teman hidupnya, bersahabat dengan ia selamanya. Kau tahu Tuhan betapa aku mencintainya”.

Lamunanku terputus ketika dirimu mengibaskan tangan tepat di depan mataku, “Heh ngelamun”.
“Nggak kok”, aku mengelak
“Maaf ya”, katamu sembari mengenggam tanganku
“Untuk apa?”, dahiku mengernyit
“Aku belum bisa membangunkan kita rumah”, kau tertunduk sedih
“Nggak apa-apa”, aku meggelengkan kepala
Meski harus menetap di lubang semut. Tak masalah. Tidakkah dirimu adalah rumah bagiku?

@astribestari

No comments:

Post a Comment