Meskipun tak hanya sekali kita berada di situasi ini. Aku selalu
berharap lagi dan lagi agar masalah kita cepat teratasi. Tidak ada pengulangan.
Tidak ada lagi kata-kata buruk mengiringi hubungan kita.
Aku sudah mencoba mengutarakan semuanya. Mencoba menjelaskan masalah
diantara kita. Juga mencoba untuk mencarikan solusinya. Tetapi serasa aku
berbicara sendiri. Tak ada jawaban darimu, apalagi penyelesaian.
Oh ternyata, kita berada pada persepsi yang berbeda. Aku
mempermasalahkan sesuatu yang tidak kau masalahkan. Perasaan-perasaanku ini
tidak kau rasakan. Ini kah yang membuatmu menjadi keras hati tak menanggapi
maksudku? Jika iya, tolonglah katakan padaku. Aku sangat berharap kita duduk
berhadapan. Kau rengkuh pundakku dan menenangkanku. Mengatakan bahwa semua yang
kurasakan salah dan cinta kita lah yang benar.
Tahukah kau? Harapanku padamu sudah setinggi Puncak Everest. Nyatanya yang
terlempar ke wajahku adalah salju yang menyelimutinya. Dingin membekukan. Kau
pasti tahu seberapa besar aku ingin menyerah, hingga terus memintaku untuk
tetap bertahan. Aku pun sepakat dan lagi-lagi berharap.
Hari berganti. Mengapa kita serasa jalan di tempat? Aku layaknya demonstran
yang tak terima dan kau layaknya batu karang yang tak bergeming. Sampai aku
malu sendiri.
Jalan keluar yang aku tawarkan berbalas kebuntuan. Pilihan keputusan
yang aku berikan berbalas kebekuan. Hubungan kita pun semakin menjemukan. Tak
ada lagi pundak untukku bersandar. Entah kemana telinga yang kuharapkan untuk
mendengar.
Aku merenungi diri. Adakah yang salah dari apa yang aku jalani? Atau kah
aku menyampaikan kalimat yang terlalu rumit, sehingga kau sulit mengerti? Atau
kah memang tidak ada lagi kebenaran dalam hubungan ini?
Pada satu titik akhirnya aku menyadari. Aku hanya sibuk sendiri.
Berharap terlalu dalam padamu. Padahal persepsi kita tak pernah satu. Harusnya
aku berharap hanya pada Tuhan dan Dia lah yang akan melunakkan hatimu. Lalu,
membuka kebuntuan kita.
Semoga semua belum terlambat dan cinta kita bisa bertaut hingga akhir
hayat.
@astribestari
No comments:
Post a Comment