Halo Teman-teman,
Sebelum tulisan ini dibuat dengan panjang dan lebar, saya ingin menginfokan bahwa tulisan di blog ini akan lebih banyak sebagai wadah dokumentasi perjalanan kami sekeluarga. Apabila ada manfaatnya, dengan senang hati silahkan diambil. Apabila sekiranya tidak bermanfaat, silahkan untuk dilewati :)
Kemarin, anak kami Azka akhirnya mau mengerjakan aktivitas gunting-tempel. Hingga saat ini sebenarnya Azka masih belum ada keinginan untuk mengerjakan aneka worksheet. Biasanya, jika disodorkan kertas dan spidol, dia lalu pergi dan justru mengambil mainannya yang lain. Dia saat ini lebih tertarik bermain menggunakan imajinasi, dibanding dengan aktivitas dengan pola yang terstrukstur.
Bukan tidak pernah mengerjakan sama sekali. Hingga saat ini, Azka sudah mau mengerjakan kegiatan yang berhubungan dengan mencari bayangan, mencari pasangan, tracing, dan seperti judul tulisan ini yaitu gunting-tempel. Untuk mencari bayangan dan pasangan, Azka sudah cukup mahir karena hampir tidak pernah salah dalam sekali menjawab. Sementara untuk tracing, dia belum terlalu suka jadi hanya mengikuti garis semaunya saja tanpa memperhatikan pola titik-titik yang ada. Ini sudah kemajuan, biasanya diberi spidol saja tidak mau.
Nah untuk gunting-tempel ini, baru kemarin dia merasa bersemangat. Jauh sebelum ini, Azka pernah saya sodori gambar muka kosong dan saya beri mata, hidung, mulut, telinga, dan rambut dalam bentuk yang terpisah. Maksudnya, supaya dia menempel bagian tubuh tersebut sesuai tempatnya di muka yang masih kosong tadi. Hasilnya?? Azka memberi lem di kertas bergambar mata, tapi bukan ditempel di muka kosong, melainkan di tempel di matanya sendiri, hahaha. Selanjutnya, dia selalu menolak dengan aktivitas ini.
Semalam, aktivitas gunting-tempel ini menggunakan gambar penyihir yang masih berwarna hitam-putih. Gambar tersebut sudah berpola hanya tidak berwarna. Maka, harus ditempel dengan aksesoris baju, topi, muka, sarung tangan, sepatu, dan sapu terbang yang sudah disediakan. Saya sebenarnya yang mengguntingnya, karena pertama pola nya yang sudah kompleks dan kedua gunting khusus untuk Azka tidak tahu kemana rimbanya. Azka tinggal memberi lem dan menaruh di tempat yang sesuai.
Hasilnya?? Untuk topi, muka, baju, lengan, dan sapu terbang sudah ditempatkan dengan benar. Hanya saja untuk sepatu masih belum benar. Bagian yang seharusnya menjadi alas sepatu justru berada di bagian samping.
![]() |
| Memakai lem cair yang akhirnya saya ganti dengan lem stik karena sulit mengeluarkan lemnya |
![]() |
| Mulai mikir mau ditaruh dimana sapu terbangnya |
![]() |
| Ini hasilnya, tanpa bantuan lho :) |
Setelah selesai dengan gambar penyihir, dia terlihat senang. Sehingga saya menyiapkan worksheet gunting-tempel lainnya. Ternyata sembari saya menggunting worksheet yang baru, Azka melepas hasil gunting-tempel gambar penyihir tadi dan memberinya lem serta menempelkannya ulang. Penilaian saya, Azka sudah mulai tertarik dan bisa menerima perintah dengan gembira.
Gunting-tempel yang kedua adalah menempatkan sebuah gambar sesaui dengan bentuknya yaitu lingkaran, segitiga, dan balok. Jadi ceritanya tokoh bernama Mombi sedang berulangtahun, dia mendapat banyak kado. Namun, ada kado yang hanya berupa bayangan berbentuk berbagai macam geometri. Di bagian yang lain, sudah disediakan gambar kado dengan bentuk yang sesuai dan dapat ditempel di bagian bayangan. Hasilnya?? Sudah sesuai dengan bentuk.
![]() |
| Hasil menempel "kado Mombi" |
Alhamdulillah, sudah ada kemajuan. Sementara konsistensinya belum dapat saya ketahui. Let's wait and see.
Berdasarkan yang saya amati, ada beberapa concern yang menyebabkan Azka mau mengerjakan worksheet, yaitu:
1. Timing yang tepat
Maksudnya adalah, saat ini usianya baru mau menjelang 2 tahun 10 bulan. Bagi banyak anak, mungkin usia tersebut sudah membuat mereka senang dan konsisten dalam mengerjakan aneka aktivitas terstruktur. Namun, hal ini tidak terjadi di Azka. Kegiatan yang dia suka lakukan berulang-ulang tanpa mengenal waktu adalah bermain imajinasi dan bercerita. Dia suka sekali mengajak orang tuanya bercerita dengan cara, "Ayok Papi/Mami, cerita-cerita di kamar pakai AC". Hal yang diceritakan ya semaunya dan seringnya kembali ke imajinasi yang sebenarnya hanya Azka dan Allah yang tau apa maksudnya. Sehingga, untuk lembar kerja ini, dia mau mengerjakan karena bolak-balik saya tawarkan (bolak-balik ditolaknya) dan saya sengaja meletakkannya di tempat yang bisa dilihat dan dijangkau Azka. Ketika rasa penasarannya muncul dan hatinya sedang gembira, maka dia mau melakukannya. Biasanya, dia mau malah setelah jam menunjukkan pukul 21.00. Bahkan terkadang, tidak mau dihentikan padahal sudah jam 22.00 lewat dan akhirnya saya bereskan paksa.
2. Butuh tantangan
Azka tipe anak yang tidak suka mengulang sesuatu yang sudah berhasil dicapainya. Mungkin dua kali saja dia mau mengulang, setelah itu dia tinggalkan. Bahkan untuk sesuatu yang bisa dikerjakannya dalam sekali mencoba, dia tidak akan mencobanya lagi. Like Mother like son sebenarnya, hehehe. Untuk mengatasinya, maka harus siap berbagai macam worksheet, baik dengan kesulitan yang sama mamupun yang berbeda. Yang terpenting, bukan worksheet dengan gambar yanga sama.
Sementara, untuk tugas yang masih harus saya kerjakan yang utama adalah memberi kalimat perintah dengan benar. Sebenarnya, untuk kegiatan seperti membersihkan rumah, memasak, dan perintah yang berhubungan dengan kegiatan rutin sehari-hari, Azka sudah mengerti dengan benar dan bisa melaksanakannya dengan benar juga. Hanya untuk masalah aktivitas terstruktur ini, terkadang sebelum saya menjelaskan perintahnya, dia sudah bosan dan memilih pergi. Maka, tugas saya yang menyingkat dan menyederhanakan perintah agar dia mengerti. Selain itu, saya rasa juga perlu memberikan perintah yang tidak menggurui. Karena ada orang bilang, "Anak itu suka belajar tapi tidak suka digurui".
Oh iya, sedikit cerita mengenai sumber saya mendapatkan worksheet. Saat ini, banyak sekali bertebaran akun di instagram yang menjual aneka aktivitas anak baik dalam satu paket ataupun berlangganan sesuai usianya. Biasanya berbentuk soft copy printable yang dikirimkan, untuk selanjutnya kita print sendiri. Berhubung printer saya eror dan Azka selalu "nimbrung" kalau saya menyalakan printer, kerjaan saya malah tidak pernah selesai. Selain itu, semenjak serumah dengan suami di Kalimantan, Azka punya jam tidur yang lebih malam, sehingga saat dia sudah tidur maka saya juga memilih untuk tidur. Saat Azka tidur siang, saya memilih mengerjakan pekerjaan rumah.
Maka saya memilih untuk berlangganan majalah anak yaitu Mombi dan Bobo junior. Saya sedari kecil suka sekali membaca Bobo, namun tidak pernah berlangganan karena tidak ada yang provide biayanya, hahaha.
Azka sudah terpapar buku sejak usia hitungan hari. Waktu itu bukunya tidak jauh dari soft book atau buku-buku kecil penuh gambar. Namun pada usianya sekitar 14 bulan, saya iseng membelikannya Bobo junior. Tidak disangka, dia sangat menyukainya dan bisa memahami perintah seperti "Mana wortel?" "Mana tangan?" "Mana gambar tas?" pada usia 18 bulan dengan menunjuk gambar sesuai perintah dengan benar. Saat itu, entah mengapa Bobo junior jarang saya temui di Jogja, bahkan sering kosong di Gramedia. Kebanyakan menjual Bobo. waktu saya belikan Bobo, ceritanya terlalu kompleks dan kurang sesuai untuk anak seusianya. Maka, saya putuskan untuk berlangganan majalah. Waktu itu yang saya pilih justru berlangganan Mombi karena majalah ini bertajuk majalah aktivitas anak.
Setelah satu tahun berlalu, masa langganan Mombi pun habis. Jeda beberapa bulan, kami memutuskan kembali berlangganan majalah, namun kali ini Bobo junior.
Sedikit perbandingan antara Bobo junior, Bobo, dan Mombi:
Untuk Bobo junior dan Mombi diperuntukkan bagi anak usia tiga tahun ke atas. Walaupun tidak menutup kemungkinan anak dengan usia sebelumnya sudah menyukai isi dari majalah ini. Dan siapa tau anak kita, sudah senang mengerjakan aneka worksheet yang disediakan. Bedanya, Mombi lebih menekankan pada aktivitas anak, sehingga aktivitas yang disediakan pun lebih padat. Seperti jumlah tracing yang lebih banyak, dot to dot huruf hampir di setiap lembar, ada pula langkah kreasi plastisin, bahkan disertai resep memasak sederhana untuk kegiatan ibu dan anak, namun masih disisipkan cerita bergambar dengan tokoh Mombi, Loli, Ayah, Ibu, Luna, Bu Guru Luna, Beru, Belle, Apin, Beno, dan Apin. Sementara, Bobo junior sisipan ceritanya lebih banyak (lebih banyak satu hingga dua cerita saja), namun masih disisipi aktivitas yang sama dengan mombi dengan jumlah yang lebih sedikit. Tidak ada kreasi plastisin dan resep memasak. Tokohnya, tidak beda dari Bobo jaman kita dulu yaitu Bobo, Coreng, Bapak, Emak, Tompel, dan kawan-kawan.
Kesamaannya, selain sama-sama disisipi worksheet juga ada bonusnya yang biasanya melibatkan aktivitas gunting-lipat-tempel. Setiap edisi pasti dapat bonus yang melibatkan aktivitas kurang lebih sama.
Sementara, untuk Bobo diperuntukkan untuk anak usia tujuh tahun ke atas. Cerita yang disisipkan lebih kompleks seperti Putri Nirmala, yang terlalu panjang jika diceritakan ke anak usia balita. Tidak ada worksheet, misal pun ada juga dalam bentuk yang kompleks. Dan di Bobo ini dari dulu hingga sekarang, selalu disisipkan aneka pengetahuan umum yang dimengerti anak usia SD. Sekiranya, belum cocok untuk anak balita, namun sangat bagus untuk anak rentang usia SD.
Hampir terlupa, majalah Mombi juga tersedia untuk anak usia SD yang bertajuk Mombi SD. Namun, saya belum pernah membacanya, jadi belum bisa memberikan tanggapan.
Untuk langganan, Gramedia pustaka sebagai penerbitnya, selalu menyediakan paket langganan enam bulan maupun setahun. Seperti umumnya, untuk setahun akan lebih murah daripada enam bulan. Bonus langganannya pun berbeda, terkadang jika harga sedang promo, untuk langganan enam bulan tidak mendapat bonus.
Jika mau berlangganan, bisa masuk ke commerce.gramediamajalah.com. Disana nanti banyak majalah bagus yang menggoda untuk berlangganan. Kalau saya sih Intisari dan suami saya Auto bild. Bagi yang tinggal di pulau Jawa tidak ada tambahan ongkos kirim, selain itu ada tambahan Rp 6.000 per eksemplar yang lumayan juga sih selisihnya jika langganan setahun. Apalagi untuk Bobo junior dan Mombi yang terbit tiap dua minggu.
Setiap hal pastilah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bagi saya, kelebihan dari berlangganan majalah fisik adalah tidak perlu usaha ketika akan menyiapkan worksheet, tidak ada usaha disini dalam artian tidak perlu mencetak lembar kerja yang ingin dikerjakan. Seperti yang saya tulis di atas bahwa printer saya eror dan yang utama adalah Azka selalu ikut "nimbrung" saat saya menggunakan printer. Disisi lain, saya bukan tipe ibu begadang sampai larut malam untuk menyiapkan worksheet. Anak tidur, ibu pun tidur, hahaha. Dengan majalah fisik ini, saya hanya menunggunya datang dan menyiapkan alat tulis. Biasanya juga worksheet belum selesai dikerjakan, sudah datang edisi yang baru. Kekurangannya adalah berhubung ini majalah fisik, maka perlu ruang tersendiri untuk menempatkannya. Apalagi waktu awal berlangganan Mombi, Azka belum bisa dan belum mau mengerjakan worksheet yang ada di dalamnya. Sehingga, saya pun menyimpannya untuk digunakan pada waktu yang tepat. Berbeda dengan worksheet berbentuk soft copy yang bisa disimpan di hard disk.
Lalu, bagaimana dari segi harga? Saya belum pernah berlangganan di akun instagram manapun yang menawarkan paket aktivitas anak. Pun belum pernah bertanya-tanya mengenai harganya. Kalau majalah fisik, tentulah membayar semua di depan plus ongkos kirim jika di luar Pulau Jawa. Dan sepertinya sedikit lebih mahal dibanding toko online karena dicetak full color. Untuk harga bisa dilihat di gambar sebagai contoh, atau masuk ke website-nya langsung karena harga dapat berubah sewaktu-waktu.
![]() |
| Harga langganan Bobo junior |
Bagaimana jika tidak ingin mengeluarkan kocek sama sekali? Bisa saja dengan mecari worksheet printable gratis yang banyak berseliweran di pinterest maupun Googling secara acak. Gunakan saja kata kunci free printable worksheet . . . (titik-titik bisa diisi dengan tema tertentu misal kendaraan, alfabet, huruf hijaiyah, dan sebagainya).
Tidak ada yang benar atau salah dalam pemilihan sumber aktivitas anak. Pun tidak ada yang lebih bagus atau jelek. Yang ada hanyalah cocok dan tidak cocok. Bandingkan saja kebutuhan anak dengan kemampuan kita, nanti akan ditemukan sumber mana yang cocok untuk mendapatkan worksheet.
Worksheet gratis pun bukan berarti jelek dan sebaliknya yang membayar bukan lah yang terbaik. Tergantung bagaimana keadaan kita dan usaha untuk mengenalkannya. Apabila anak kita belum mau mengerjakannya, tidak masalah, kita hanya bertugas mengenalkannya sampai mau. Apabila mau tapi belum sempurna, juga tidak masalah, bandingkanlah dia kemarin dengan yang sekarang. Bukan dibandingkan dengan anak lain.
Yang terpenting adalah kita sekeluarga bahagia menjalankannya. Allah yang melengkapkan semuanya.
Salam Hangat,
Astri
(Bukan pakar parenting)





No comments:
Post a Comment