Saturday, September 15, 2018

Komunikasi Produktif Hari ke-2

Seperti janji saya pada tantangan hari ke-1. Saya akan menceritakan ikhtiar komunikasi produktif kami berkaitan dengan minum puyer.

Sebenarnya, Azka tergolong anak yang sangat mudah meminum obat. Hampir tanpa masalah. Hanya saja belakangan ini, indra pengecapnya terlihat makin peka dengan berbagai rasa. Sehingga membuat saya agak deg-degan. Jangan-jangan baru sekali langsung kapok dan tidak mau minum lagi.
Sarapan dengan bubur dan telur berakhir dengan kekecewaan. Saya sudah membuatkannya bubur encer sekali supaya langsung telan, namun tidak berhasil meningkatkan nafsu makannya. Sabar…sabar…sabar.

Daripada emosi, lebih baik diikhlaskan. Sudah lah belum mau makan, coba nanti berikhtiar membeli makanan kecil siapa tau Azka mau memakannya. Tibalah minum puyer. Ternyata, dengan mengikhlaskan kekecewaan tentang sarapan, membuat saya berpikiran lebih tenang. Lebih wajar dan tidak berlebihan.

Karena saya tidak emosi, Azka pun tidak membuat ulah. Dia malah meminta untuk membuka puyer dan menaruhnya di sendok. Sebenarnya saya takut obat itu tumpah, namun saya mencoba mempercayainya. Alasannya lagi-lagi, supaya tidak terpancing emosi.

Azka melakukan tugasnya dengan baik. Dia menunangkan tanpa tumpah dan membawa sendok berisi puyer ke dekat dispenser. Saya membantunya melarutkan puyer dan dia meminumnya sendiri.

“Weeek, rasanya aneh. Azka nggak suka!” kata dia sembari menutup mata dan menjauh dari dispenser.

“Minum,” saya memintanya minum air putih yang disambut hangat.

“Mami, obat ini rasanya aneh banget. Pahit. Azka nggak suka.”

“Obat memang pahit. Kita nggak bisa meminta obat jadi manis. Karena yang manis itu gula.”
Sepertinya keluar dari kaidah KISS ya, hahaha. Tapi Alhamdulillah Azka mengerti dan siang harinya, ketika tiba jadwal minum obat lagi. Dia mau bekerja sama.

No comments:

Post a Comment