Sunday, September 2, 2018

Sangatta Part 2: Mau pindah kesini?? Baca ini dulu!

Halo Teman-teman,

Pada artikel sebelumnya, saya sudah membahas pendahuluan tentang kota Sangatta. Bagaimana menuju ke Sangatta? Bagaimana tempat tinggal di Sangatta? Bagaimana kalau ingin belanja? Apakah ada tempat hiburan keluarga? Bagaimana dengan fasilitas kesehatan di Sangatta? Kalau belum membaca, silahkan klik disini ya.

Langsung saja, untuk informasi lain yang saya rasa cukup penting diketahui sebelum menjejakkan kaki di Sangatta.

5. Pusat pencarian informasi
Maksud dari judul poin di atas bukan lah kantor pemerintah daerah atau semacam call center yang bisa dihubungi 24 jam ya. Melainkan, warga disini biaa mencari informasi dari grup jual beli yang ada di Facebook. Iya, grup jual beli tetapi dalam prakteknya banyak juga informasi yang ditulis disana. Nama grup nya Forum Jual Beli Sangatta Kutai Timur (FJBS). Ada baiknya, sebelum pindah kesini, bisa add grup ini dulu.
Di grup FB yang ketika saya tulis artikel ini, anggotanya telah mencapai 135.000 akun Facebook. Disini seperti namanya, anggota grup bisa memposting dagangannya, pun kita bisa juga posting apabila ingin mencari barang. Namun tidak hanya itu, di grup ini sering juga diposting info lowongan kerja berbagai macam profesi. Baik kerja untuk perorangan seperti ART atau supir, ada pula pegawai untuk berbagai macam tempat usaha, sampai lowongan untuk kerja di perusahaan tambang (umumnya kontraktor tambang). Grup ini juga sering memposting info terjadinya kecelakaan, jalanan yang rusak karena hujan, info orang hilang, dan sangat sering sekali diposting tentang keberadaan buaya yang muncul ke area pemukiman warga. Iya, disini masih banyak buaya dan orang menyebutnya dengan Monster Sangatta. Pernah pula saya membaca postingan di grup ini, kalau ada kerabatnya yang hilang saat main di sungai, kemungkinan dimakan buaya. Barusan juga ada postingan, seorang ibu yang digigit buaya hingga terluka karena ke sungai (atau rawa-rawa, saya kurang jelas infonya) saat subuh dan langit masih gelap gulita.

Nah bagi Anda yang ingin mencari info rumah dikontrakkan, carilah di grup ini. Jangan di olx, karena bakal susah ketemunya, hehehe.

6. No gojek, no Grab, no Uber, no worry. Just call Jakuza!!
Saya menebak Jakuza ini adalah singkatan dari Jasa angKUT ZAngatta. Tujuannya pun sama seperti gojek, grab, dan uber yaitu mempermudah masyarakat yang tidak bisa kemana-mana atau hanya sekedar malas untuk kemana-mana. Jakuza ini menerima order baik mengambilkan paket, mengirim paket, mengantar makanan, minta diambilkan makanan, atau ojek. Biasanya kurir Jakuza aktif di grup FJBS dan sering membagikan nomor yang dapat dihubungi.
Perbedaan Jakuza dengan ojek online yang populer itu adalah:
- Untuk menghubungi kurir masih menggunakan telpon dan SMS. Sangat sering terjadi sudah kontak Jakuza langganan, namun yang bersangkutan sedang tidak bekerja. Atau sudah mengontak lama, tidak kunjung ada balasan.
- Order kita tidak bersifat eksklusif, artinya para kurir Jakuza ini sekali angkut bisa bawa banyak barang. Artinya, pengantaran pun tidak bisa cepat karena dilakukan sesuai urutan jarak dimana kurir tersebut berada.
- Tidak 24 jam, setau saya rata-rata kurir ini sudah tidak beroperasi lebih dari jam 22.000 WITA.

7. Pelayanan umum
Pelayanan umum yang pernah saya kunjungi adalah kantor desa Swarga Bara, SAMSAT, dan kantor imigrasi. Untuk kantor desa Swarga Bara, kami beberapa kali minta surat domisili untuk kepentingan administrasi. Pelayanannya?? Terbilang bagus dan cepat. Meskipun banyak pegawai yang membawa anak, saya tidak pernah menunggu lebih dari 15 menit untuk selembar surat keterangan domisili. Justru di Jogja saya sering bolak-balik atau menunggu lama untuk kepengurusan semacam ini. Sementara ke SAMSAT karena berniat balik nama kendaraan kami. SAMSAT di kota kecil tentulah pengunjungnya tidak membludak dan yang jelas tidak ada calo. Pelayanannya?? Cepat dan sangat membantu, bayarnya pun sesuai yang tertera tanpa ada tambahan apapun. Sementara, kantor imigrasi disini tergolong baru karena kalau tidak salah baru ada akhir 2016. Dibukanya kantor imigrasi Cabang Samarinda di Sangatta sepertinya untuk memudahkan warga Sangatta dan sekitarnya untuk mengurus paspor, tanpa harus ke Samarinda. Disini, Azka dan suami membuat paspor baru, sedangkan saya hanya memperpanjang. Pelayanannya?? Wah sangat sangat sangat membantu dan prosesnya cepat. Proses cepat ini didukung juga karena antrean tidak mengular. Tempatnya sepi, bersih, dan ramah anak karena disediakan mini indoor playground, sehingga anak tidak bosan. Beda waktu di Jogja dulu, untuk ke imigrasi harus datang pagi-pagi agar dapat nomor antrean kecil. Sudah datang setelah sholat subuh saja masih dapat nomor antrean besar, hahaha.

Tidak menyangka kan, kota sekecil ini pelayanan umumnya di atas rata-rata. Semoga selalu seperti ini.

8. Kuliner
Sebenarnya saya sedang proses menyusun artikel khusus kuliner di Sangatta. Nantinya, in sya Allah saya akan membahas masing-masing tempat makan yang pernah kami kunjungi. Namun, pada artikel ini saya akan mengulasnya secara umum.
Kuliner di Sangatta memang tidak ada yang terlalu khas, seperti gudeg dan bakpia di Jogja. Tetapi jangan salah, variasi makanan disini cukup banyak lho. Rata-rata penjualnya ya orang Sangatta sendiri. Baik yang telah mempunyai kedai, ataupun usaha rumahan yang menggunakan jasa Jakuza untuk delivery.
Untuk gerai besarnya, disini ada KFC. Sepengamatan saya harganya sedikit lebih mahal dari di Pulau Jawa. Pun terkadang paket Chaki sering hilang karena sering sekali kehabisan stok mainan, hehehe. Tempatnya tidak terlalu besar, tetapi ada mainan anak ciri khas KFC. Ada juga Mocco Factory, semacam cafe donat dan frappe yang mirip-mirip dengan J.co lah. Rasa dan variannya dibawah J.co tetapi menurut saya lumayan enak. Ada lagi Suki Ya, semcam tempat makan suki seperti X.O suki, tetapi dengan varian yang jauh lebih sedikit ya, hehehe. Entah kenapa kalau makan di Suki Ya ini, bertiga habisnya tidak pernah kurang dari Rp 260.000. Baik KFC, Mocco Factory, maupun Suki Ya letaknya ada di lantai 1 Sangatta Town Center (STC). Oh iya, di lantai 1 STC ini juga ada kedai burger gitu, tetapi saya belum pernah kesana. Awal kami disini, juga ada Bakso Lapangan Tembak, tetapi sepertinya sepi peminat, jadi ditutup dan digantikan tempat hiburan Fun Station.
Sementara, untuk varian makanan lainnya masih banyak. Mulai dari jajanan anak seperti pentol rebus, pentol goreng, pentol tahu bakar, tempura, dan sebangsanya. Juga ada nasi kuning Banjar, aneka maknanan Jawa Timuran, dan banyak tersedia makanan khas Makassar seperti coto makassar dan teman-temannya atau kapurung khas Palopo. Untuk steak juga ada yang kaki lima, hingga steak kualitas premium dengan harga kisaran Rp 150.000 ke atas. Banyak juga yang menjual pizza, salah satunya dekat rumah kami. Makanan jepang seperti sushi dan ramen pun tidak sulit mencarinya. martabak telor dan terang bulan, bertebaran saat malam hari.
Favorit kami salah satunya adalah tempat makan yang menyediakan pemancingan. Azka jarang sekali betah di Mall, tetapi kalau mancing, hujan angin deras pun tidak mau minggir, hehe.

Intinya, janagan kuatir masalah makanan. Malas pergi pun rata-rata penjual makanan disini menyediakan sistem delivery (mereka sudah punya langganan Jakuza). Satu pesan saya, turunkan ekspektasi rasa Anda. Umumnya kalau di Pulau Jawa, jika mencoba satu makanan dan rasanya mengecewakan, bisa mencari tempat lain. Disini, penjualnya tidak sebanyak Jawa, jadi jika ingin donat sekelas J.co dan tidak menurunkan standar rasanya ya siap-siap saja kecewa.

9. Olah raga dan komunitas
Saya belum pernah terjun langsung ke dunia ini, tetapi sudah mulai mengamati siapa tau bisa buat bekal Azka kelak. Olah raga disini menurut saya cukup lengkap. Ada klub bola, renang, tenis, basket, voli, baseball, kriket, bulu tangkis, sepatu roda, panjat tebing, bahkan juga memanah. Banyak kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di pusat olah raga di Town Hall. Kotanya kecil, tetapi sarana olah raga dan klub yang mendukungnya tidak bisa dianggap remeh. 


Sekiranya delapan poin ini sudah cukup menggambarkan bagaimana jika akan pindah ke Sangatta. Semua akan baik-baik saja jika kita bersedia mnurunkan sedikit standar dari kehidupan di Jawa. Walaupun menurunkan standar bukan berarti harus menurunkan ekspektasi harga ya. Disini jarang yang murah, minimal harga seperti Jakarta, hehehe. Banyak yang hijrah kesini ikut dengan suaminya, namun di tengah jalan minta pulang ke Jawa. Kalau sepengetahuan saya, memang di rantau yang tidak ada saudara, kita dibutuhkan mental yang tangguh dan siap kesepian dalam jangka waktu yang tidak diketahui. Kalau ada teman dan saudara kan bisa kumpul kapan saja. Kalau di rantau yang tidak ada kenalan, siap-siap saja jika sudah punya anak namun masih balita, setahun pertama akan banyak dihabiskan di rumah. Apalagi suami seharian bekerja. Tidak ada kenalan, tidak ada tempat hiburan, tidak ada solusi lain selain rumah. Bagi yang tidak bisa mendapat solusi dari rasa bosa tadi, biasanya menyerah dan kembali ke Jawa, sedangkan suaminya kembali masuk mess. Saya kira ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan, karena biaya untuk pindahan tidak lah sedikit. Jika baru sebentar, kemudian bosan, dan meminta kembali ke Jawa menurut saya sangat sayang biayanya.




Salam hangat,

Astri

No comments:

Post a Comment