Saturday, January 1, 2022

Langkah-Langkah Menyapih Si Kecil dengan Cinta (Weaning With Love) Bagian 2


Kembali lagi ke proses penyapihan yang sering membuat bingung para Bunda. Mau itu anak pertama, kedua, atau seterusnya. Pasti akan menyisakan kebingungan. Harus mulai dari mana???

Jika belum menaca bagian pertama, bisa klik di sini ya. 

Di bawah ini saya menuliskan tanya-jawab terkait penyapihan si adek dan hal umum lainnya. Siapa tau bisa bermanfaat bagi Bunda ketika akan menyapih si kecil dengan cinta.

❤ Kapan si adek disapih?
Proses kemarin terlewati sebelum si adek genap 2 tahun 5 bulan.

❤ Mengapa dipilih waktu usia adek 2 tahun 5 bulan?
Dari dua pengalaman pribadi dan hasil mengikuti kuliah whatsapp (dan juga membaca aneka artikel) prinsip penyapihan yang paling penting adalah IBU DAN ANAK SAMA-SAMA SIAP.
Saya melihat bahwa si adek sudah siap untuk di sapih. Karena memang pada usia tersebut tidak lagi membutuhkan ASI sebagai asupan gizi utama. Nenen adalah sebagai aktifitas yang menenangkan bagi dirinya, itu makanya dia masih susah untuk lepas.

Pertanyaannya adalah kalau si adek sudah siap apakah saya sebagai ibunya juga sudah siap? Nah Bunda bisa tanyakan ke diri sendiri. Siapkah melepas momen berharga ini? Kuatkah fisik Bunda untuk menghadapi kerewelan si kecil ketika proses penyapihan? Tega kah Bunda melihat si kecil menangis meronta-ronta?

Tanyakan pertanyaan itu dalam hati Bunda. Apabila Bunda sudah memastikan bahwa siap menghadapi semua itu. Mulailah segera. Sebelum goyah lagi 🤭

❤ Bagaimana metode yang tepat untuk menyapih?
Saya tidak anti pahit-pahit atau sufor ya. Di bagian pertama sudah dijelaskan saya pernah berpikir tentang hal itu. Tapi ada keraguan dalam diri saya. Seperti, apakah masuk logika anak-anak ketika ASI yang 2 tahun lebih menurut dia enak tiba-tiba berubah menjadi pahit? Walaupun masih kecil, apakah mereka tidak bertanya-tanya tentang hal itu? Apakah tidak akan menimbulkan trauma berkepanjangan karena hal yang menakutkan semacam ini?

Sementara pemberian dot akan menimbulkan masalah baru yaitu kembali harus melewati masa penyapihan dot. Walaupun saya waktu kecil juga tidak rewel sih ketika berhenti nge-dot. Ya gimana mau rewel, udah masuk usia 4 tahun, wkwkwk. Too old to crancky kayaknya. Masalah lainnya adalah saya kuatir gigi si adek rusak kalau-kalau saya lalai dalam membersihkannya.

Jadi saya mencoba merangkum aneka metode WWF yang pernah saya lewati dan juga hasil baca-baca artikel. Yuk disimak yuk:
a. Bersembunyi
Ada ibu yang memutuskan untuk menyingkir sejenak dari hadapan anak ketika masuk jam-jam menyusu. Biasanya yang memilih seperti ini ada banyak support system di rumahnya. Misalkan ada kakek-nenek, ada om-tante, atau ada pengasuh.

Bagi yang hanya mengerjakan semua sendiri. Agaknya sulit untuk bersembunyi. Nanti yang ngurus anak-anak siapa. Ya kan ya kan??

b. Memberi banyak makanan
Intinya perut si anak dibuat kenyang sampai bisa tidur dengan sendirinya. Metode ini jelas sulit di saya mengingat jam tidur si adek yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Porsi makannya pun juga tidak banyak.

c. Memberikan aktifitas fisik
Si kecil dibuat lelah supaya mudah terlelap.

d. Digendong-gendong
Ketika masuk waktu tidur, si kecil digendong-gendong hingga tertidur.

e. Dibiarkan menangis
Seheboh apapun si kecil menangis, tetap tidak ada nenen untuknya.

f. Memberi pengertian
Si kecil diberi pengertian terus menerus bahwa di usianya yang sekarang sudah harus berhenti menyusu. Pemberian pengertian ini bisa memakan waktu berapa lama saja. Tergantung orang tua. Ada yang cuma sehari kemudian mulai menyapih, ada yang sepekan, sebulan, dan sebagainya.

g. Diberi reward
Kita menawarkan reward sebagai bentuk penghargaan atas kerelaan si kecil disapih.

h. Metode campuran
Ini sih saya aja yang mengistilahkan, hahaha. Karena si adek pakai metode campuran dari berbagai metode di atas. Apa aja sih?
- Saya beri pengertian terus menerus tentang usianya yang sudah dua tahun lebih dan menurut Al-Qur'an sudah bisa untuk disapih. Pemberian pengertian ini berjalan sekitar 3 bulan. Terus-menerus. Baik saat menyusu ataupun tidak. Reaksinya? Ya marah lah, wkwkwk. Dia sudah paham apa yang sampaikan dan menolak untuk disapih.

Oh ya, selama pemberian pengertian ini saya juga membuat aturan bahwa nenen hanya boleh di kamar. Supaya mengurangi keleluasaan si adek dalam menyusu. Awalnya susah tapi saya terus beri pengertian bahwa, "Nenen hanya boleh di kamar". Lambat laun dia memahami dan mau mengikuti aturan.

- Tidak ada rencana juga sih kapan si adek disapih. Beberapa kali gagal karena saya kelelahan, nah tepat di hari Senin, 20 Desember 2021 tiba-tiba saya berkeinginan kuat untuk menyapih nya. Apapun yang terjadi.

Pukul 08.00 masih menyusu seperti biasa setelah bangun tidur. Biasanya si adek kalau kebangun di pagi hari akan minta menyusu berkali-kali sampai akhirnya dia sadar penuh dan keluar kamar. Nah pagi hari masih seperti itu. Qadarulloh si adek sudah minta berhenti pukul 08.00.

Siangnya sekitar pukul 11.00 dia mulai tantrum karena suatu hal. Minta nyusu, tapi saya tolak. Tentu saja si adek marah sejadi-jadinya. Teriak-teriak, berguling-guling, dan lain sebagainya. Tapi dalam hati saya mengatakan bahwa, "saya harus kuat. Dia marah hanya sebentar".

Saya peluk si adek dengan posisi dia berdiri di atas kasur, kemudian saya berdiri di lantai. Mata kami sejajar. Saya tidak bilang kalau harus berhenti. Saya mengatakan, " adek gak nenen lagi ya". Subhanallah lama-kelamaan dia tertidur. Lanjut saya gendong-gendong sampai akhirnya saya taruh di kasur dan tidak terbangun.

Ketika terbangun, dia tentu dong minta nyusu. Saya mendadak terpikirkan, "yuk yuk ke warung". Dia pun senang dan saya yang gantian bingung. Ngapain yak di warung? Hahaha

Sesampainya di warung dia meminta dibelikan susu UHT. Lalu saya kepikiran untuk membeli 1 kantong permen YUPI sebagai reward jika si adek mau tidur tanpa nenen. Tentu ini jangan ditiru ya. Permen mana baik buat anak. Hanya saja dari sekian tawaran yang pernah diberikan, hanya permen YUPI berbentuk hati merah muda itulah yang tidak pernah ditolaknya.

Di hari pertama ini, setelah bangun dari tidur siang si adek mendadak tidak minta menyusu walaupun sedang tantrum. Tapi tugas saya juga untuk menjaga suasana hatinya supaya tidak terlalu banyak tantrum yang bisa-bisa berujung kegagalan dalam menyapih.

Malamnya adalah yang paling seru. Ketika saya tolak saat mengantuk dan minta nenen,  si adek ngamuk parah. Menendang-nendang, teriak-teriak, menolak setiap tawaran, dan sebagainya. Hal ini berlangsung berjam-jam. Berulang-ulang saya melafalkan "laa haula walaa quwatta ilaa billaah". Sesungguhnya tiada daya dan kekuatan selain datangnya dari Allah semata. Ini kekuatan saya menghadapi ngamuknya si adek yang terasa tidak akan mereda sama sekali. Allah akan menolong and this too shall pass.

Mendadak si adek minta dipangku papinya. Akhirnya dengan masih menangis meraung, matanya mulai terpejam. Dua orang sama-sama tidur. Kepala si adek udah miring-miring tanda dia kelelahan. Sejenak terbangun, dia meminta air putih kepada papinya. Setelah minum, dia kembali tertidur.  Tapi tidak langsung tertidur sampai pagi, ada saatnya dia terbangun dan nangis lagi. Ketika itu saya pangku dan ayun-ayun sampai tertidur lalu segera saya taruh ke tempat tidur.

Selasa, 21 Desember 2021 belum banyak berubah. Pagi terbangun, dia meminta jatah YUPI yang saya janjikan. Masih minta nenen tapi hanya saat akan tidur. Ketika tantrum, dia sudah tidak meminta nenen. Ajaib kan? Masya Allah. Saat tidur siang, saya gendong sampai tertidur. Tanpa nangis dan ngamuk. Saat tidur malam, dia menolak di gendong. Hanya minta ditemani bermain dan mendadak ke sebelah papinya dan tertidur.

Rabu, 22 Desember 2021 saya mulai lebih optimis. Saya juga mulai menyapih dari kesukaan si adek dengan YUPI. Di jam tidur siang, dia mulai rewel dan tantrum karena tidak mendapat YUPI. Pas ngambek, dia pergi ke bawah kolong tempat tidur (ada alas tentu saja) kemudian suara mulai sunyi. Yak dia ketiduran. Bangun masih minta YUPI. Saat tidur malam, dia juga ngambek karena tidak saya beri YUPI. Saya bilang boleh makan YUPI keesokan harinya. Saat itu dia langsung mengasingkan diri. Pergi ke tempat tidur bagian atas (di kamar dia ada dua tempat tidur) dan ngomel-ngomel ngatain saya jahat lalu mendadak tertidur, hahaha

Kamis, 23 Desember 2021 sudah tidak ada rengekan tentang nenen dan YUPI. Tidur siang sudah bisa di sembarang tempat yang penting ngantuk. Sementara untuk tidur malam bisa tidur begitu saja setelah puas ditemani bermain.

Jumat, 24 Desember 2021 tiba-tiba tidak mau tidur siang. Untungnya malam hari, suami ada acara kantor di sebuah tempat. Kami ikut untuk cari udara segar. Sambil menunggu selesai pertemuan, saya dan anak-anak main di playground. Setiba di rumah, dengan ajaibnya si adek bisa tidur pukul 22.00.

Sabtu, 24 Desember 2021 sama juga tidak mau tidur siang. Malamnya setelah kami pergi, dia tertidur di mobil sekitar pukul 21.00. Saya kira bisa lah ya seperti sehari sebelumnya yang tidur sampai pagi. Rupanya, ternyata oh ternyata dia terbangun pukul 00.15 dan minta ngobrol kesana-kemari. Oleh papinya ditawari makan dan mau (padahal sudah makan malam), lalu bermain sesuka hati sampai akhirnya ngambek dan tidur di pangkuan papinya sekitar pukul 04.00. Fyiuuuh melelahkan.

Hal seperti ini juga terjadi ketika menyapih si mas. Sudah tidak rewel dan tidak mencari-cari tapi tidak tidur sampai pukul 04.00. Apa mungkin memang seperti ini ya? 😌

Setelah itu semua bisa berjalan tanpa ada kata nenen lagi walaupun tetap saja si adek kalau tidur selalu mengajak ronda, hahaha.

❤ Apakah perlu mengganti ASI dengan sufor?
Tidak perlu. Asupan utama anak ya dari makanan menu lengkap. ASI/sufor bukan asupan satu-satunya seperti ketika 6 bulan awal kehidupannya.

Tapi jika ingin mengenalkan sufor dengan dot kepada si kecil sebaiknya ada dua hal yang dipertimbangkan. Pertama, anjuran dari dokter spesialis anak. Kedua, perkenalkan lah di usia sebelum 1 tahun. Umumnya, di atas usia 1 tahun akan menolak jika diperkenalkan dot akibat sudah keenakan DBF/direct breast feeding/menyusu secara langsung.

Dan sufor dengan dot ini sebaiknya bukan target untuk menyapih ya. Diberikan dengan pertimbangan lain-lain. Seperti saran dokter spesialis anak atau keputusan orang tua yang disebabkan kelelahan dalam memberi ASI. Saya pun merasakan yang mana setelah usia 1 tahun justru si adek sering sekali minta nenen baik itu tengah malam, kalau tantrum, ataupun kalau tidur siang. Sekalinya sudah terlihat terlelap, saya geser sedikit saja pasti si adek nyari lagi.

❤ Apa yang benar-benar meyakinkan diri bahwa saya siap menyapih?
Baik pada saat si mas maupun si adek, pertimbangannya kurang lebih sama:
- Saya sedang kondisi tubuh yang fit
- Anak juga sedang dalam kondisi fit
- Menurut saya, usianya sudah lebih dari cukup untuk disapih
- Saya ingin beristirahat dari bangun tengah malam berulang
- Saya ingin mengerjakan hal lain dengan leluasa tanpa harus dijeda anak minta nenen
- Saya ingin menggunakan lebih banyak waktu ketimbang menyusui berjam-jam sampai anak terlelap
- Berharap terjadi kenaikan berat badan yang signifikan karena anak sudah tidak "ngempeng" lagi

❤ Reward apa yang sebaiknya ditawarkan?
Bebas. Tidak ada salah dan benar. Sepakati antara ibu dan anak. Pastikan menggunakan prinsip specific, realistic, measurable.
- Specific
Harus jelas dan nyata bisa terlihat oleh anak. Awalnya ketika saya masih ada pada tahap memberi pengertian, saya juga menawarkan reward berupa kue tart dengan hiasan gambar hello kitty.

Kami tidak merayakan ulang tahun. Pun saya dengan suami tidak suka krim yang ada pada tart. Otomatis si adek belum pernah merasakan dan melihat tart. Kalau masnya sudah karena memang pernah dibelikan oma dan opanya saat khitan.

Nah, saya sempat kasih motivasi. Saya ajak si adek melihat ke toko kue yang berjajar aneka kue tart dengan hiasan salah satunya hiasan hello kitty. Wuih seneng bukan kepalang. Lalu saya ambil kesepakatan bahwa bisa beli kue kalau sudah berhenti nenen. Dia menyetujui.

Namun setelah dipikir-pikir, hal ini tidak specific. Kuenya mana, kapan belinya, rasanya gimana tidak bisa diterjemahkan oleh si adek. Jadi iming-iming ini pun jelas ditolak ketika dia ngamuk minta nenen.

Maka, saya putuskan YUPI sebagai reward. Mengapa?
a. Saya bisa dapatkan dengan harga yang murah
b. Ketika proses penyapihan si adek bisa dengan jelas melihat "Oh hadiah ku ada di situ dan bisa aku dapat jika menepati kesepakatan"
c. Si adek sudah tau rasanya jadi tidak perlu membayangkan.

Ya, walaupun disela menyapih ASI saya juga harus menyapih YUPI, hahaha.

- Realistic
Berikan hal-hal realistis. Kalau gini maka dapat ini. Bukan sebaliknya. Seperti mengatakan hal-hal mustahil:
"Kalau masih nenen, Bunda pergi ya"
"Bunda senang sekali kalau adek mau berhenti nenen"

Yang kalimat kedua benar-benar tidak kalau saya sih. Kenapa anak harus bertanggung jawab atas kebahagiaan ibunya? Bukannya kebahagiaan itu tanggung jawab diri sendiri?

- Measurable
Berapa dapatnya, kapan didapatkan, bagaimana cara mendapatkannya harus jelas dan kita yakin anak mengerti akan hal ini.

❤ Hal apa saja yang bisa menunda proses penyapihan?
- Anak sedang sakit
- Ibu sedang tidak fit
- Anak sedang dalam proses perubahan ekstrim seperti: pindah rumah, perceraian orang tua, atau ayahnya meninggal (karena kalau ibu yang meninggal otomatis disapih kan). Tentu saja dalam kondisi ini tetap ada yang melakukan proses penyapihan. Dengan berbagai pertimbangan yang matang. Pasti bantuan Allah akan ada dan semua baik-baik saja

❤ Apakah anak tidak akan terbangun malam ketika proses penyapihan?
Tentu saja ada kemungkinan terbangun dan rewel. Tapi tetap tidak boleh berakhir dengan nenen. Disini lah kondisi fit sang ibu sangat dibutuhkan.

Tapi jika sudah selesai proses penyapihan, bukan masalah besar jika si kecil terbangun. Biasanya karena haus atau mendadak pengen main (Anak-anak memang ajaib, haha). 

❤ Bagaimana kalau anak terus menangis? 

Menangis adalah sebuah bentuk ekspresi dari manusia. Bagi anak 2 tahun, menangis adalah hal yang biasa. Apalagi jika keinginannya tidak terkabul. Maka temani saja saat dia menangis. Pastikan bahwa menyapih bukan proses membenci. Menyapih hanya menghentikan proses menyusui. Cinta Bunda akan selalu ada dan bisa dirasakan oleh si kecil. 

Perbanyak pelukan yang membuktikan bahwa Bunda tetap mencintai si kecil. 

❤ Apakah perlu alat khusus untuk menggendong? 

Tidak. Ketika si mas disapih, saya memilih menggendong di belakang dengan baby carrier. Alasannya supaya dia tidak mencium "bau ASI". Tapi tidak berhasil pada si adek. Maka, ketika si adek saya menggendong seperti biasa di depan. Tanpa alat apapun. Yang terpenting saya menggunakan baju cukup tertutup supaya membantu si adek memahami bahwa memang sudah harus berhenti.

❤ Bagaimana jika di tengah proses menyusui si kecil sakit? 

Hentikan proses penyapihan. Fokus lah dulu pada penyembuhan si kecil.

❤ Apakah menyapih harus tepat usia 2 tahun? 

Tidak. Walaupun memang di usia ini adalah usia yang tepat. Karena anak sudah harus mulai belajar mengenali bagian tubuh ibunya yang sebelah mana yang boleh dilihat dan yang tidak boleh dilihat. 

❤ Apakah dampak dari pemberian pahit-pahit? 

Mmm...sekali lagi saya tidak anti ya. Hanya mendengar penuturan dari seorang ibu yang trauma pada apapun yang berwarna merah. Rupanya karena trauma masa kecil ketika disapih, ibunya memberi obat merah pada PD sampai dirinya ketakutan. Dan itu berlanjut sampai dewasa. 

Tapi tidak semua sih. Cuma sejenak kita pikirkan lagi. Kalau diberi atau tidak diberi pahit-pahit sama-sama membuat anak menangis, kenapa harus dibuat menangis dua kali? Menangis karena disapih dan menangis karena kaget yang tadinya enak kok jadi pahit. 

❤ Apa yang tidak boleh ditinggalkan ketika menyapih? 

Berdo'a. Kemudahan, kesehatan, kelapangan hati hanya didapat dari berdoa. In sya Allah bantuan Allah menanti. Bunda tidak sendiri. 

❤ Hal positif apa yang bisa saya rasakan setelah proses menyapih? 

Si adek jadi kuat makan, masya Allah. Saya juga bisa leluasa bergerak tanpa kuatir kejeda karena harus menyusui. Alhamdulillah. 

Itu saja dari saya tentang cara menyapih si kecil dengan cinta. Sekali lagi ambil baiknya, buang jeleknya

Semoga bermanfaat 😊

Langkah-Langkah Menyapih Si Kecil dengan Cinta (Weaning With Love) Bagian 1

Akhirnya setelah menghilang kemudian muncul. Lalu menghilang kembali. In sya Allah saya akan muncul dengan tulisan perdana pada tahun 2022. Semoga balik rutin lagi menulis seperti dulu. Sampai ada target-target segala, wkwkwk. Tapi sepertinya saya masih belum sanggup kalau balik ke aneka platform online seperti dahulu kala. Berat tsaay 🤧

Silakan berselancar di blog saya. Ambil baiknya, buang jeleknya. 

"Bagi dunia mungkin kamu hanyalah seseorang. Namun bagi anakmu, kamu adalah dunianya". Ungkapan ini sepertinya nyambung dengan masa-masa menyapih si kecil. Masa dimana kita harus menarik sedikit dunianya untuk menghadapi hal-hal lain yang baik bagi mereka. 

Tulisan kali ini saya akan membahas satu momen yang baru saja kami sekeluarga lewati. Yaitu menyapih si adek. Seperti si mas yang dulu disapih dengan cinta (Weaning With Love/WWF) bisa baca di sini. Si adek pun kami usahakan demikian.

Oh iya, tulisan ini saya bagi menjadi dua bagian ya. Biar tidak membosankan, hahaha.

Kembali ke cerita kami. Yuuuuk 💃

Aslinyaaa, saya tuh sudah kepikiran gitu untuk memberi pahit-pahit pada PD atau memperkenalkan dot kepada si adek. Alhamdulillah suami yang berkali-kali meyakinkan kalau si adek bisa seperti masnya. Disapih tanpa pengganti apapun. 

Oh iya, kenapa sih saya waktu itu kepikiran untuk memberi pahit-pahit dan memperkenalkan dot pada si kecil? 

Jadi gini, ada perbedaan mencolok antara si mas dengan si adek. Perbedaan ini saya anggap menjadi penghambat untuk menerapkan WWF kepada si adek. Antara lain:
1. Susah tidur
Qadarulloh si adek tipe anak yang susah tidur. Sejak lahir hingga detik ini, si adek selalu tidur paling awal pukul 23.00. Itu pun jarang sekali. Lebih sering tidur saat alarm berbunyi pukul 00.00 atau malah sudah lewat tengah malam. Waktu awal lahir hingga 7 bulan malah tidak jarang dia baru tidur pukul 04.30. Tepar Komandan! 😩

Bukan tanpa ikhtiar. Sudah berbagai hal kami lakukan tetapi pola ini tidak berubah. Let's say: memberikan aktifitas fisik, membuat perut kenyang, membangunkan di pagi hari, menidurkan siang lebih awal, meminimalkan asupan gula, mematikan lampu, menutup pintu, membuat suasana sunyi, dan masih banyak lagi.

Lain halnya dengan si mas. Bagi si mas, latihan yang kami usahakan bisa membuatnya mempunyai jam tidur super disiplin.

Berawal dari ini, saya menyimpulkan bahwa pola tidur adek adalah hambatan pertama ketika menyapih.

Kalau dia masih nyusu aja tidur jam segitu, bagaimana ketika disapih. Apakah fisik saya kuat?? Apalah saya bisa menghadapi rewelan dan keajaiban anak-anak dengan jam istirahat yang kurang sekali. Pertanyaan ini terngiang terus di kepala saya. 

2. Mudah tantrum
Yang mencolok sekali perbedaan antara si mas dan si adek adalah tantrum atau saya menyebutnya ngamukan, hahahaha. Padahal ketika punya si mas, saya seperti tidak begitu "ngeh" dengan istilah tantrum. Sebab, si mas ini memang hampir tidak pernah tantrum. Jarang sekali rewel kalau kehendaknya tidak dituruti. Sampai-sampai suatu saat ketika kami pulang kampung ibu saya bertanya, "Azka itu emang gak nangis ya kalau dilarang beli mainan?" Beliau bertanya sambil memperhatikan cucunya yang sedang asik melihat mainan berjajar di rak-rak toko.

Saya jawab, "Nggak sih. Dia tau kalau udah gak boleh ya gak boleh. G berubah." Benar saja, ketika kami ajak dia pulang. Ya pulang gitu aja. Tanpa drama. 

Nah si adek, kalau perkara mainan sih sama aja sama si mas. Tapi parahnya apapun yang tidak sesuai dengan kehendaknya, dia akan meminta nenen sebagai "obat". Kalah ketika rebutan mainan, minta nenen. Ngambek karena dilarang sesuatu, minta nenen. Takut karena suara petir, minta nenen. Dikerjain masnya, minta nenen. Menurutnya semua hal bisa diselesaikan dengan nenen. Bagaimana bisa disapih coba? 😌

3. Porsi makan yang sedikit
Beda dengan si mas yang makannya banyak, si adek memang tergolong gampang makan. Tapi porsi nya tidak banyak. Dia selalu memilih nenen untuk ngemil. Makin susah lagi kan? 

4. Alergi inulin
Beda dengan si mas yang ketika pertama kali kenal sufor usia 1,5 tahun dan langsung muntah karena tidak suka rasanya. Kalau si adek nih waktu saya cobakan sufor di usia yg sama, dia sering diare. Saya ganti soya pun sama. Kemungkinan karena perutnya sensitif dengan inulin yang umumnya ada di sufor. Jadi sama seperti masnya. Tidak mungkin mengganti ASI dengan sufor. Bagi Ibu dengan anak yang demikian, pasti kerasa ya makin besar bukannya santai malah sering bangun tengah malam karena si kecil masih sangat aktif menyusu 😅

Nah dari berbagai kesulitan yang saya analisa di awal kemudian muncul lah kepikiran memberi pahit-pahit dan dot pada si adek. 

Pahit itu biar dia istilahnya kapok karena kok pahit ya. Sementara kepikiran mengganti dot tuh diisi dengan air putih. Buat pegangan biar dia anteng dan tenang kemudian ketiduran. Tapi karena suami menguatkan bahwa bisa seperti masnya yang WWF maka saya pun mencoba berikhtiar. Kenapa saya menggunakan kata "saya" bukan "kami"? Karena pada proses ini memang 90% saya yang pegang. Kapan disapih pun juga saya yang memutuskan. Tapi kalau mau dibuat lebih fair, proses penyapihan ini 90% usaha saya, 10% kekompakan tim bersama. Keluarga, dan 1001% bantuan Allah ta'ala. 

Baiklah. Bagaimana kisah si adek dalam proses penyapihan? Apa aja yang perlu Bunda siapkan ketika proses menyapih? Lanjut ke bagian 2 yaa. Biar cepet klik di sini 🥰

Tuesday, June 1, 2021

My Endometriosis Story: Perjelanan Penegakan Diagnosa (Bagian 1)

Bismillah, 

Lama tidak menulis di blog ini. Ibarat kalau rumah, pasti saya sedang membersihkan debu dan sarang laba-laba. Lalu, terbatuk-batuk 😂

So, mengapa kembali menulis? Menulis adalah kecintaan saya sejak kecil. Anehnya, yang paling saya cintai justru yang paling sering saya tinggalkan. Duh, bahasa apa ini 🤦‍♀️

Oke...oke. Lanjuuuut 🚗

Seperti judulnya, ini adalah perjalanan saya dalam menghadapi endometriosis yang memang sengaja saya tuliskan agar bisa menjadi catatan pribadi. Setelah perjalanan umroh dan pengurusan visa Schengen yang akhirnya hanya mangkrak di draft. Belum sempat menjadi tulisan bermanfaat, eh qadarulloh covid melanda. Misal pun saya posting sekarang, pun sudah tak ada guna. Karena aturan pasti sudah berubah total. 

Saya niatkan untuk menulis perjalanan ini sebagai bekal dalam pengobatan tahap selanjutnya. Syukur-syukur juga bisa diambil manfaat untuk pembaca. Tak masalah berapapun pembacanya. 

Cerita dimulai sejak kelahiran anak pertama tahun 2014. Saya yang semenjak gadis tidak pernah merasakan sakit saat menstruasi, setelah melahirkan justru terasa sakit. Meskipun volume tetap dan jadwal terhitung teratur. Ibu saya pun heran. Menurut pengalamannya, sakit mestruasi yang dirasakan saat gadis, hilang begitu saja setelah melahirkan anak pertama. Banyak yang seperti itu. Namun yang terjadi pada saya justru sebaliknya. 

Saya anggap ini adalah sebuah kewajaran. Toh sakitnya hanya 1-2 hari awal. Dan kadang periode ini sakit, tapi kembali tidak sakit pada periode selanjutnya. 

Singkat cerita, pada kehamilan anak kedua terasa sungguh melelahkan dan menyakitkan. Bagaimana tidak? Semenjak pekan ke 13, saya mulai sering ngeflek. Tepatnya pekan 15, saya seperti mendapat haid yang banyak dan tidak berhenti. Saya sudah merasa akan keguguran. Berangkat lah kami ke dokter kandungan dan terlihat bahwa janin baik-baik saja. Alhamdulillah. 

Semenjak itu obat penguat kandungan menjadi rutinitas saya untuk diminum setiap hari. Bahkan dosisnya bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan. Karena perdarahan terus terjadi baik yang seperti darah segar maupun hanya flek-flek biasa. Suami saya saja sampai takut mendekat. Takut nyenggol dikit terus saya jadi berdarah-darah, hahaha

Setelah kelahiran bulan Juli 2019, cerita saya yang makin seru dimulai 🤭

Bersih dari nifas, tak berselang lama saya mendapat menstruasi. Di situ saya merasa bahwa kram perut yang saya rasakan kok jauh-jauh lebih terasa sakit dibanding dengan setelah melahirkan anak pertama. Lantas saya berasumsi tanpa ilmu. Saya mengira sakit ini karena anak kedua lahir dengan proses SC, lain dengan anak pertama yang lahir dengan proses pervaginam. "Oh, mungkin itu penyebab sakit menstruasi saya." 

Perlu diketahui bahwa itu adalah asumsi yang salah ya. Salah total. Berbulan-bulan setelahnya saya baru tahu ketika ada dokter yang memberitahu saya bahwa operasi SC tidak berhubungan dengan sakit mestruasi. 

Karena periode setelah yang saya ceritakan tadi saya masih merasakan sakit, saya pun ke dokter kandungan yang paling sabar menjelaskan dibanding dokter kandungan lain di kota saya. Setelah di USG, tidak ada apapun terlihat. Tidak masalah. Semua bersih-bersih saja. Sehingga rasa sakit itu dianggap biasa saja. 

Beberapa bulan kemudian, kalau tidak salah saat anak kedua saya berusia 11 bulan saya terlambat menstruasi. Sebelum-sebelumnya lancar saja. Tapi saat itu saya terlambat sekitar 2 bulan. Ditambah lagi perut bawah saya sakit. Sakitnya sampai ke kaki. Ngilu-ngilu gitu deh. Deg! Saya kira hamil. Sudah mulai tidak berpikir jernih. Otomatis beli testpack. 

Satu...dua...tiga...sampai tidak tahu lagi berapa testpack yang sudah saya cobakan. Hasilnya selalu negatif. Tepat terlambat 2 bulan, pergilah kami ke dokter kandungan. Dokter yang sama dengan yang kami datangi sebelumnya. 

Jawabannya sama. Tidak ada apa-apa, tidak terlihat apa-apa. Dan dokter menyimpulkan ini kemungkinan karena hormon. Walaupun saya tidak paham, bagaimana hormon bisa membuat menstruasi terlambat dan sakitnya luar biasa. 

Diberilah obat untuk mengeluarkan darah menstruasi. Tapi sampai obat habis tetap saja tidak keluar. Baru di bulan berikutnya saya menstruasi lagi. Dan dua periode setelah periksa ini, menstruasi saya sakitnya luar biasa. Sampai tidak bisa jalan karena kaki pun ikut sakit. Gemetaran. 

Saya membaca bahwa bergerak aktif akan mengurangi rasa sakit. Maka, saya paksakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah rumah beres, saya muntah-muntah. Nah kan, jadi bingung, hahaha. Bahkan rasa sakit masih ada sampai periode menstruasi berikutnya. Pada saat ini saya mulai baca-baca, kemungkinan apa saja yang bisa terjadi dari timbulnya rasa sakit menstruasi. Didapatkan beberapa istilah: kista, miom, endometriosis, dan adenomyiosis. 

Berhubung rasa sakit masih terasa, obat penahan sakit pun juga tak mempan. Berangkatlah lagi kami ke dokter umum. Saya kira ini adalah gejala ISK. Maka, mantap aja datang ke dokter umum. Karena saya sudah pernah ISK berkali-kali.

Dokter nya pun mengira yang sama. Maka, saya diminta tes urine lengkap. Hasilnya? Semua bagus-bagus saja. Bagus sekali malah 😅

Dokter ini malah bilang bahwa bisa jadi sakit menstruasi saya karena riwayat melahirkan SC. Karena perkataan dokter tadi sama seperti asumsi saya, maka saya iseng nih tanya dokter kandungan di aplikasi Alodokter. Disitulah saya diberitahu bahwa SC dan sakit menstruasi itu tidak ada hubungannya. Ya tau ini setelah berbulan-bulan saya berasumsi seperti yang sudah saya ceritakan di atas. 

Sementara itu dulu ya, semoga bisa istiqomah melanjutkan cerita ☺


Salam hangat, 
Astri


Thursday, April 25, 2019

Sunat Anak Usia Dini?? Siapa takut!!

Sependek yang saya tahu. Selain aqiqah dan memberikan nama, mengkhitankan anak laki-laki adalah hal yang juga dilakukan pada usia 7 hari. Begitupun saat kami berada di Madinah, ada seseorang bercerita bahwa di sana anak laki-laki mulai khitan pada usia 2 hari. Walaupun saya tidak menelisik lebih jauh tentang hal ini.

Menurut Integral Medical Center di London, waktu yang tepat bagi anak laki-laki untuk disunat berkisar usia 7-14 hari (hallosehat.com). Begitupun menurut dokter spesialis anak yang statusnya sering viral di Facebook. Beliau menyarankan untuk mengkhitankan anak laki-laki sebelum usianya mencapai 12 bulan.

Sementara kami memilih untuk mengkhitankan anak setelah lulus toilet training 🤭. Meskipun telah lulus tahun lalu, namun niat ini baru terealisasi Maret tahun ini. Ketika usianya 4 tahun 4 bulan.

Banyak yang heran, mengapa kami mengkhitankan anak pada usia dini. Sebab memang biasanya jika tidak ada kondisi medis tertentu, sunat dilakukan pada usia sekolah (7 tahun ke atas). "Kasian ah, masih kecil disunat. Nggak tega." Namun dari beberapa info yang kami dapatkan, sunat dibawah usia 5 tahun justu  penyembuhan lukanya akan lebih cepat. Tentu saja jika dilakukan dengan prosedur yang tepat. Apa benar seperti itu?

Alhamdulillah, yang terjadi pada kami memang seperti itu. Video ini diambil kurang dari 48 jam pasca sunat. Sudah lari-larian, hujan-hujanan, bonus terpleset pula. 😅

Nah, apa saja sih yang perlu disiapkan?
1. Siapkan mental anak sekaligus orang tuanya. Kami telah memberikan sugesti positif ke anak sejak lima bulan sebelumnya.
2. Pilih provider yang tepat. Bisa bermacam-macam sesuai keyakinan masing-masing. Kami memilih untuk melakukannya di RS JIH dengan penanganan dokter spesialis bedah anak (dr. Ahmad Mahmudi, Sp. BA). Beliau justru mendukung sunat usia dini ini.
3. Pastikan metodenya, urutan prosedurnya, hingga perawatan lukanya SEBELUM tindakan.
4. Dokter akan memeriksan kondisi anak. Jika dinyatakan aman, maka akan dibuat kesepakatan waktu tindakan. Anak akan diminta menginap total sehari semalam.
5. Sunat anak usia dini di Rumah Sakit prosedurnya seperti operasi. Dilakukan di ruang operasi dan diberikun bius total. Saran saya jika nakes sudah meminta anak untuk puasa maka orang tua harus mendukung sepenuhnya. Jika rewel bagaimana? Ya ini salah satu proses yang harus dilewati. Ada saat dimana kami benar-benar melarang keras anak untuk tidak kemasukan apapun termasuk air putih.
6. Orang tua harus siap ketika masa awal penyembuhan. Anak akan sering rewel ketika BAK karena perih di hari pertama, kemudian takut BAK dihari-hari berikutnya. Orang tua harus terus menjelaskan bahwa memang luka terasa perih tapi menahan BAK akan lebih berisiko.
7. Berikan obat sesuai jadwal dan harus tega mengoleskan salep di bekas luka. Ada kalanya kami memang harus mengoleskan dengan anak yang meronta-ronta.
8. Menjaga kebersihan di area luka. Pada hari pertama, kami hanya membersihkan area luka setelah BAK dengan tisu. Hari kedua, dengan saran dokter kami membersihkan area luka dengan air infus.
9. Siapkan celana sunat. Di Jogja, kami mendapatkannya di apotek yang juga menjual alat kesehatan dengan kisaran harga Rp 21rb hingga Rp 25rb.
10. Siapkan mental jika malam hari anak rewel karena ada kemungkinan bekas luka menempel di celana.

Dari pengalaman kami, sunat usia dini aman dilakukan. Selama memilih metode dan provider yang tepat, disesuaikan dengan kondisi anak dan keluarga.

Semoga bermanfaat 😉

Friday, September 28, 2018

Little Science Project: Percobaan Metamorfosis Bersama Balita (Bagian II)


Assalamualaikum...

Menyambung artikel sebelumnya, berikut saya tuliskan alat, bahan, dan cara kerja percobaan metamorfosis. Semoga bermanfaat :)

Alat dan bahan:
1. Gelas plastik/toples plastik yang dilubangi di sekelilingnya. Jaraknya satu sama lain agak jauh, jangan terlalu rapat (1)
2. Jika menggunakan gelas plastik, maka kita membutuhkan plastik bening yang digunting menjadi lebar, digunakan untuk menutup gelas. Ketika sudah ditutupkan, plastik ini pun dilubangi di beberapa tempat. Yang penting lubang jangan terlalu besar dan jangan juga terlalu banyak. Supaya plastik terlihat rapi, saya sengaja gunting sisa-sisa yang sekiranya tidak berguna (1)
3. Karet gelang untuk mengikat plastik bening pada mulut gelas (1)
4. Ulat 
5. Daun

Tahapannya:

1. Siapkan terlebih dahulu gelas/toples yang telah dilubangi agar ketika mendapatkan ulat, langsung bisa ditempatkan. 

2. Cari ulat dimanapun yang sekiranya ada.

3. Ambil ulat beserta daun dan tangkainya. Jadi jangan mengambil sebagian daun saja.

4. Jika sudah menempatkan ulat sedaun-daunnya, tutup gelas dengan plastik. Ingat ya, lubang plastik jangan banyak-banyak dan jangan juga besar-besar. Kencangkan plastik dengan karet gelang dan rapikan rumbai-rumbai plastik yang masih tersisa. Langkah terakhir ini super tidak penting dan tidak wajib dilakukan. Saya hanya terlalu risih melihat sesuatu yang kurang rapi, hehehe.

5. Lakukan pengamatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

- Setiap pagi taruh wadah di tempat yang terkena sinar matahari. Tidak perlu secara langsung. Kalau saya hanya ditaruh di jendela.

- Waspadai jika ada semut karena semut juga memakan dedaunan. Kuatirnya daun habis atau wadah jadi dipenuhi oleh semut. Awalnya, saya sampai tandai sekitaran gelas dengan kapur semut. Saya kuatir ulat mati dimakan semut. Namun, saya baru sadar. Bukannya sehari-hari ulat berdampingan dengan semut ya? Lah buat apa saya melindungi ulat dari semut. Mungkin saya perlu Aqua.

- Jika daun sudah terlihat layu, segera tambahkan daun yang baru. Ulat sudah otomatis tahu daun mana yang lebih segar. Kata suami saya, "Ulat aja tahu ya yang mana daun muda."

"Iya, Pi. Btw, tau kah fungsinya pisau?"

Hening.

6. Catat dan dokumentasikan setiap kali melakukan pengamatan atau ada perubahan.

7. Catat pula tanda-tanda yang muncul dari Ananda.

Apakah matanya berbinar? Apakah dia bahagia? Apakah dia terlihat biasa-biasa saja? Apakah dia terlihat cuek? Siapa tahu dari berkegiatan sederhana seperti ini, kita bisa menemukan fitrah bakatnya. Insya Allah.

Little Science Project: Percobaan Metamorfosis Bersama Balita (Bagian I)

Assalamualaikum...

Ketika masih duduk di bangku SD pasti kita tidak asing dengan istilah metamorfosis, ya kan? Ada dua macam metamorfosis yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Dikatakan metamorfosis sempurna jika mengalami empat fase: telur, larva, pupa, dan imigo. Contoh hewan yang mengalami metamorfosis sempurna ini adalah kupu-kupu. Sementara dikatakan metamorfosis  tidak sempurna jika hanya melewati tiga fase: telur, nimfa, dan imigo. Contoh hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah belalang. Teori ini disampaikan oleh guru di dalam kelas, ditulis di dalam buku paket, dan diujiankan dalam ulangan harian. Namun, hingga percobaan ini dilakukan saya belum pernah sekalipun mengamati kejadian metamorfosis dengan mata kepala sendiri.

Berhubung kami tinggal di "rimba", nge-mol tidaklah memungkinkan sehingga diganti dengan nge-bon. Alias berjalan-jalan di kebon. Bukan makan di kantin, bayarnya pas gajian ya. Hahaha.

Bagi Azka sendiri, dia sudah memahami konsep metamorfosis berkat buku HOP! yang dihadiahkan oleh Tante Euis. Jadi saya tidak perlu menjelaskan panjang dan lebar sebelum memulai percobaan. Hanya perlu memancingnya dengan pertanyaan, "Gimana ceritanya ulat berubah jadi kupu-kupu?" Dari pertanyaan ini dia bisa menjelaskan urutan telur, ulat, kepompong, dan kupu-kupu. Diapun telah mengetahui proses ini dinamakan metamorfosis walaupun melafalkannya dengan agak kepleset-pleset.

Kami melakukan percobaan sebanyak tiga kali. Adapun rinciannya:

Pertama

Pada percobaan pertama ini (24 Agustus 2018),  kami mendapat ulat di pohon terong. Berhubung tempat yang kami siapkan hanyalah gelas plastik, saya kuatir daunnya tidak akan cukup masuk ke dalamnya. Maka, saya berinisiatif untuk memindahkan ulat tersebut ke daun jeruk yang terlihat segar dan sehat.

Sesudah berhasil saya pindahkan, kemudian kami memasukkannya ke dalam gelas plastik dan ditutup menggunakan plastik bening. Baik gelas dan plastiknya sudah diberi lubang agar sirkulasi udara lancar. Saya mengamati ulat yang baru saja kami masukkan seperti sangat aktif. Dia berjalan ke dinding gelas, lalu berjalan ke arah atas. Saya melihat gelagat dia seperti akan kabur terus-menerus.

Ternyata benar! Ulatnya kaborrrr, Pak Eko. Saya pun mencari informasi di internet. Barulah saya tahu bahwa ulat spesifik memakan daun di tempat induknya mencari makan. Jika ditemukan di pohon terong, maka dia pasti akan memakan daun terong. Bukan daun jeruk. Bukan pula daun pintu. Keras soalnya.

Gagal! Mari kita tutup percobaan pertama ini dengan bacaan hamdallah.

Kedua

Berbekal pengetahuan dari percobaan pertama, maka saya tahu bahwa tidak lagi diperkenankan memindah ulat ke daun yang berlainan. Oke!

Lagi-lagi kami masih mencari di sekitaran pohon terong (29 Agustus 2018). Alasannya, dari seluruh tanaman miliki tetangga (iya, kami melakukan percobaan bermodal tanaman tetangga) hanya pohon terong lah yang memiliki banyak lubang. Logika saya mengatakan bahwa daun yang berlubang kemungkinan besar dimakan ulat. Walaupun bisa juga karena semut ataupun serangga putih yang ukurannya sangat kecil dan bisa terbang yang sayangnya saya tidak tahu namanya apa.

Yes, ketemu! Kami menemukan lagi ulat yang sama persis dengan percobaan pertama. Warnanya kuning, berbulu, ukurannya tidak panjang. Langsung saja daunnya kami petik bersama tangkainya dan dimasukkan ke dalam gelas yang juga digunakan pada percobaan pertama. Ternyata daun terong yang lebar, muat juga masuk ke dalam gelas plastik yang kecil. Pengamatan mulai dilakukan.

Awalnya ulat terlihat tenang. Secara sok tau saya menyimpulkan bahwa tidak baik gelas ditaruh terus di dalam ruangan. Maka, ketika matahari terbit, saya dan Azka bergantian menaruh gelas plastik di jendela. Supaya menyerap sehatnya sinar matahari. Pada hari kedua, kami baru tahu bahwa daun terong akan sangat mudah layu. Akibatnya ulat terlihat agresif. Dengan bekal pengetahuan minimalis, hari ketiga kami mengambil lagi daun terong. Iya, masih tanaman terong milik tetangga.

Setiap hari kami mengganti daun terong yang layu dengan yang segar. Sampai tanggal 3 September 2018 kami mengamati ulat menjadi diam dan sama sekali tidak bergerak hingga keesokan harinya. Saya cek ulat masih menempel kuat pada daun. Saya dan Azka bergantian membolak-balik, ulat tersebut tidak bergerak. Saya jadi berpikir, "Jangan-jangan ini sudah menjadi kepompong." Namun secara penampakan, jauh berbeda dengan bentuk kepompong yang ada di buku-buku. Dia pun tidak terilihat menggantung seperti yang dituliskan di banyak sumber.

Pada tanggal 5 September 2018, ulat yang berdiam diri itu tidak ada lagi. Dia berubah menjadi hewan bersayap, berbentuk bulat, dengan motif banyak lingkaran pada punggungnya, dan dalam bahasa Inggris disebut lady bug.

Saya baru tahu bahwa kepik juga mengalami metamorfosis sempurna. Jadi hewan yang saya kira ulat berbulu, ternyata adalah nimfa kepik. Pada referensi yang saya baca, hewan berbulu seperti ulat dengan ukuran tidak terlalu panjang dan memiliki tiga pasang kaki adalah spesifik nimfa kepik. Ketika mengambil, saya tidak terpikir menghitung jumlah kakinya. Saya bahkan tidak tahu bahwa kepik bermetamorfosis. Oke sip! Fixed pas cilik dolanku kurang adoh (Zaman saya kecil mainnya kurang jauh).

Pengamatan ini dibilang berhasil, tidak. Dibilang gagal pun, tidak.

Tujuan kami mengamati metamorfosis sempurna berhasil, namun mengamati perubahan ulat menjadi kupu-kupu kembali gagal. Maka kami melanjutkan percobaan yang...

Ketiga

Kami kembali mengamati daun terong. Ternyata lubang-lubang pada tanaman itu merupakan ulah nimfa kepik. Setiap saya mendapati hewan seperti ulat, saya hitung kakinya. Semuanya berjumlah tiga pasang. Maka, kami beralih lah ke tanaman lain.

Saya tidak sengaja mendapati dua kepompong yang sudah ditinggalkan penghuninya di pohon jeruk. Warnanya sudah coklat dan terlihat akan segera rusak. "Nah...mungkin di sini ada ulat, Nak. Tuh ada bekas kepompong," kata saya kepada Azka laiknya detektif menemukan jejak-jejak pembunuh misterius. Kami pun mulai bergriliya mencari ulat di pohon jeruk. Oh iya, pohon ini juga milik tetangga.

Setelah panas-panas, ketusuk-tusuk duri, sandal kecemplung lumpur saya mendapati ada ulat berwarna hitam 12 September 2018). Kalau ini saya yakin adalah ulat. Bukan nimfa kepik. Bukan pula kucing. Ya masa kucing nempel di daun. Itu namanya kucing khilaf.

Saya ambil ulat itu beserta daun jeruk dan tangkainya. Berhubung lumayan besar, saya menggunakan toples bekas kue kering sebagai tempat pengamatan. Bagian sisi dan tutupnya dilubangi oleh Azka menggunakan obeng yang dibakar di atas kompor. Anak saya memang mainnya kelas berat. Ketauan ibunya suka nukang.

Toples ini juga kami taruh di jendela setiap kali matahari terbit. Daun jeruk tidak layu secepat daun terong. Hanya saja ulat membuang kotoran jauh lebih banyak dari nimfa kepik. Baru sehari, toples telah dipenuhi kotoran. Sehingga kegiatan kami pada hari-hari selanjutnya adalah memberi makan dan membersihkan kotoran. 

Tanggal 13 September 2018 ulat berubah warna dari hitam menjadi hijau. Menurut informasi yang saya dapat, ulat memang bisa berganti kulit. Bahkan katanya hingga menjadi kepompong, bisa berubah hingga enam kali.

Pada tanggal 16 September 2018, saya melihat ulat terlihat sangat agresif. Saya bingung. Bukannya kemarin tenang-tenag saja. Makan dengan lahap dan buang kotoran seenaknya. Mengapa sekarang menjadi terlihat lebih aktif dan agresif? Adakah dia rindu dengan keluarganya?

Kami pun kembali mencari daun jeruk. Paling-paling karena daunnya layu, sehingga ulat tidak mau makan. Ketika saya masukkan daun yang baru, perlahan ulat mencari jalan menju daun baru itu. Lantas, dia hanya berdiam diri. Ketika saya keluarkan, saya mengamati ada semacam benang yang keluar dari ekornya. Seperti sarang laba-laba, namun sedikit lebih tebal. Tidak lama, ulat berubah menjadi kepompong dalam posisi menggantung. Secara teori, ini benar-benar kepompong ulat yang nantinya menjadi kupu-kupu.

Berhari-hari kami tunggu. Hingga daun jeruk layu. Lantas berubah warna makin coklat. Meskipun begitu, kami tetap setia memindahkan toples ke jendela. Siapa tahu kepompong akan bertumbuh dengan baik jika ada sinar matahari. Namun keadaan tidak berubah. Suami saya bahkan berkata, "Ini nggak keguguran kan?" Mungkin dia mengira bahwa kepompong adalah jabang bayi yang bisa keguguran. Kalau benar begitu, saya yang repot. Di sini belum tersedia dokter kandungan ulat. Nanti bagaimana nasib induknya?

Tanggal 25 September 2018 di saat saya mau meminta Azka mandi pagi, saya mampir dulu ke toples yang belum saya taruh ke jendela. Saya merasa ada yang memanggil-manggil. WOW!!! Saya melihat makhluk bersayap hitam. Sayapnya masih lemah, sehingga dia terlihat kesulitan untuk mengudara. Saya pun memanggil-manggil Azka. Tak mau kalah. Dia mengamati kupu-kupu hasil peliharaannya dari berbagai sisi. Atas, bawah dan samping. Yang bagian samping pun dia lihat berkali-kali. Toples diputar-putar sambil diamati. Kalau tidak saya hentikan, dia tidak menghentikan memutar toples. Dia tidak sadar toples berbentuk lingkaran, diputar kemanapun wujudnya sama.

Setelah itu, kami berdua melepaskan kupu-kupu ke halaman belakang. Meskipun sayapnya masih lemah, kami yakin dia lebih hebat jika tumbuh di habitat aslinya. Di alam bebas.

Setelah satu bulan akhirnya percobaan berhasil. Alhamdulillah...



Alat dan bahan dalam percobaan dan dokumentasi saya tulis dalam bagian lainnya ya. Boleh sekali ditiru jika memungkinkan. Lumayan menambah aktivitas bersama keluarga. Jadi teringat mantera dasar Ibu Profesional, "Banyak-banyaklah main bareng, ngobrol bareng, beraktivitas bareng."

Boleh juga artikel ini disebarkan jika memang bermanfaat. Selamat mencoba :)



Salam,

Astri